Ibu di China Ini Gendong Anak ke Sekolah Tiap Hari, Alasannya Mengharukan

Seorang ibu di China rela menggendong anak perempuannya yang berusia 12 tahun ke sekolah setiap hari. Selama 6 tahun terakhir.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 28 Feb 2018, 19:00 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2018, 19:00 WIB
Bendera China
Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, Yunan - Kasih ibu sepanjang masa. Begitulah perumpaan yang tepat bagi seorang ibu di Yuanling, Hunan, China.

Agar anaknya memiliki masa depan, wanita itu rela menggendong sang anak ke sekolah. Setiap hari.

Dikutip dari laman AsiaOne, Rabu (28/2/2018), Fu Yuantao harus menggendong anak perempuannya yang memiliki keterbatasan.

Anak perempuan Fu, lahir dengan kondisi cerebral palsy -- gangguan gerakan, otot, atau postur yang disebabkan oleh cedera atau perkembangan abnormal di otak.

Anak perempuan bernama Peng Haixin itu tak dapat berjalan dan harus bergantung pada orang lain. Sejak tahun 2006, Fu selalu membawa Peng ke tempat pengobatan di seluruh wilayah China.

Ia pun harus rela menahan rasa lapar karena harus menyisihkan biaya pengobatan anak yang ia cintai -- meski kesembuhan tak kunjung datang.

Fu mengatakan, jika ditotal uang yang telah ia habiskan mencapai 500 ribu yuan atau setara dengan Rp 1 miliar. Uang tersebut meliputi perawatan medis bagi putri kesayangannya itu.

Agar Peng memiliki kesempatan yang sama dengan anak-anak sebaya lainnya, wanita asal China itu bahkan rela menggendong anaknya ke sekolah selama enam tahun terakhir.

Cinta dari sang ibu membuat Peng berusaha semaksimal mungkin agar dapat sembuh dari penyakitnya. Ia selalu berusaha untuk berjalan sendiri, meski sering terjatuh.

"Jika saya belajar dengan giat, saya akan mendapat pekerjaan yang baik dan dapat membelikan rumah baru bagi ibu dan ayah," kata Peng.

"Ketika mereka bertambah tua, saya tak dapat merawat mereka. Maka saya akan carikan pembantu untuk menolong ayah dan ibu," jelas Peng.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

Bocah Cilik di Jepang Hidup Mandiri

Sepulang dari sekolah Hana-chan harus mengerjakan pekerjaan rumah hingga malam hari (Hana-chan)
Sepulang dari sekolah Hana-chan harus mengerjakan pekerjaan rumah hingga malam hari. (Hana-chan)

Ada kisah haru selanjutnya yang dijamin buat hati Anda terenyuh.

Hana-chan yang tinggal di Fukuoka, Jepang terlihat seperti bocah berusia lima tahun lainnya. Ia pergi ke sekolah pada pagi hari dan pulang pada siang hari.

Namun, kehidupan bocah perempuan ini ternyata tak sama seperti anak sebaya lainnya. Sepulang dari sekolah ia harus mengerjakan pekerjaan rumah hingga malam hari.

Dilansir dari laman Goodtimes.my, Hana-Chan ternyata seorang bocah yang mandiri karena harus mengurus anggota keluarganya.

Tiap pagi, aktivitas Hana dimulai dengan berberes tempat tidur dan sarapan. Tak lupa ia juga menyiapkan makanan untuk anjing peliharaan.

Begitu pulang sekolah, ia mencuci dan melipat pakaian kemudian dilanjutkan dengan membersihkan bak mandi dan memasak untuk makan malam ayahnya.

Sementara itu, Chie yang merupakan ibu dari Hana adalah seorang penderita kanker payudara sejak tahun 2001. Ia kemudian menikah dengan seorang pria bernama Shingo Yasutake -- ayah Hana.

Sejak awal pernikahan, Chie tak berpikir untuk memiliki anak. Namun, tak diduga ia malah hamil dan lahirlah Hana-chan.

Chie yang mengidap kanker payudara berhasil membesarkan Hana-chan hingga usia lima tahun. Kala itu, ia sudah mengajari Hana untuk memegang pisau di dapur. Hal itu ia lakukan karena tahu usianya sudah tak lama lagi.

Pada usia empat tahun, Chie memberikan hadiah berupa celemek kepada Hana.

Tak lama setelah mengajari sang buah hati untuk memasak, kanker payudara Chie dengan cepat menyebar hingga hati dan paru-paru. Pada saat itu pula sang ibu sudah tak bisa menahan rasa sakit dan meninggal dunia.

Kini, Hana masih mengingat segala sesuatu yang diajarkan ibunya. Pasca-kepergian sang ibu, ia mulai mengerjakan pekerjaan rumah.

Bocah tersebut bahkan menulis sebuah surat dengan judul "Untuk Ibuku yang Tersayang".

"Ibu...aku ingin memberitahu ibu sesuatu. Kini aku sudah bisa membuat sajian bento dengan baik. Tidakkah ibu kaget melihat aku kini tak lagi menangis. Aku akan terus melakukan yang terbaik ibu..." tulis Hana-chan dalam sebuah surat.

Kisah inspirasional ini ternyata mendapat perhatian dari banyak orang. Banyak yang tersentuh dengan kisah bocah mandiri itu.

Oleh sebab itu, sang ayah, Shingo ingin membuat buku berdasarkan kisah Chie dan Hana-chan.

Lewat buku ini, Shingo ingin memberitahu orangtua di seluruh dunia bahwa untuk mengajar anak lebih mandiri. Dalam buku itu, nantinya tergambar kekuatan cinta antara anak dan ibu tersebut.

Bagaimana Chie bertahan dalam penyakit kanker yang begitu mematikan. Ternyata, buku tersebut langsung menjadi best seller dan paling di cari oleh warga Jepang.

Meskipun kini Hana tak lagi bersama Chie, Shingo yakin bahwa kenangan antara keduanya akan selalu ada di dalam hati. Shingo yakin bahwa sebelum Chie pergi, sang istri telah memberi pengalaman hidup yang berharga untuk bocah tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya