Liputan6.com, Wellington - Otoritas Selandia Baru telah mengumumkan rencana untuk memusnahkan 22.000 ekor sapi, sebagai bagian dari upaya pemberantasan penyakit Mycoplasma bovis, yang telah ditemukan di Pulau Selatan.
Dilansir dari Abc.net.au pada Kamis (29/3/2018), setidaknya 30 peternakan telah dideteksi terjangkit wabah penyakit menular tersebut.
Langkah pemusnahan itu dilakukan dengan harapan penyakit itu dapat diberantas dan dicegah penyebarannya ke wilayah lain di dunia. Dengan catatan jika program penyisiran secara luas dilakukan.
Advertisement
Baca Juga
Wayne Langford, peternak sapi perah dan wakil kepala asosiasi susu dari kelompok Federasi Petani Selandia Baru, mengatakan kebijakan tersebut sejatinya disesalkan. Namun perlu segera dilakukan.
"Sebagai seorang peternak, tentunya kecewa melihat kehilangan hewan ternak dalam jumlah besar. Namun, jika dilihat dalam manfaat jangka panjang, seharusnya hal ini baik untuk Selandia Baru," ujar Langford.
Meski 22.000 ekor terdengar banyak, namun jika dibandingkan dengan total populasi sapi di Selandia Baru yang berjumlah 20 juta ekor, hal tersebut merupakan persentase yang kecil.
Langford mengatakan, mungkin ada sedikit peningkatan harga pada daging sapi muda, akibat upaya penyetokan ulang komoditi daging sapi di pasaran.
Namun di satu sisi, Langford tidak melihat kebijakan tersebut akan memengaruhi kinerja industri susu setempat.
Hal ini dikarenakan, pemerintah memberi kompensasi tinggi untuk setiap sapi merah yang dimusnahkan, yang dihitung dari kalkulasi berat badan dan usia.
Berbanding terbalik dengan industri sapi pedaging, kompensasi hanya diberikan sesuai dengan kalkulasi berdasarkan usia.
Saksikan juga video berikut ini:
Bukan Penyakit Mematikan
Mycoplasma bovis adalah bakteri yang dapat menyebabkan berbagai kondisi cukup serius pada sapi, termasuk mastitis. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini tidak merespons terhadap pengobatan - pneumonia, dan artritis.
Penyakit ini merasuk diam-diam ke tubuh hewan ternak, dan tidak menimbulkan rasa sakit, kecuali pada beberapa kondisi tertentu yang memicu stress, seperti melahirkan, kehausan, atau terpapar cuaca ekstrem.
Biasanya, bakteri ini bereaksi pada kelenjar susu dan organ pernafasan. Akibatnya, hewan lain mungkin terinfeksi dan menjadi sakit jika terkena susu dan lendirnya.
Penyakit yang disebabkan bakteri ini tidak menginfeksi manusia, dan tidak menghadirkan risiko keamanan pangan. Ini adalah masalah kesejahteraan dan produktivitas hewan.
Penyakit ini pertama kali ditemukan di Selandia Baru. Meski begitu, Mycoplasma bovis tidak termasuk ke dalam daftar hitam OIE (organisasi kesehatan hewan dunia), dan tidak menimbulkan risiko perdagangan untuk produk hewan Selandia Baru.
Di tingkat global, biasanya penyakit ini ditangani oleh peternak dengan tiga pencegahan berikut:
1. Praktik keamanan pangan yang baik di peternakan mereka.
2. Pemilihan stok pengganti, seperti misalnya perkembangbiakan banteng.
3. Menjaga ternak dalam kondisi kesehatan yang baik.
Advertisement