Indonesia Kecam Serangan Aksi Demo di Perbatasan Gaza-Israel

Indonesia mengecam keras aksi penyerangan terhadap demonstran Palestina yang berunjuk rasa di perbatasan Gaza-Israel.

oleh Afra Augesti diperbarui 31 Mar 2018, 18:17 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2018, 18:17 WIB
Menlu Retno Marsudi
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam press briefing di sela-sela Bali Democracy Forum X yang diadakan di Banten (7/12/2017). (Liputan6.com/Rizki Akbar Hasan)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia mengecam keras serangan tentara Israel terhadap aksi demo di Gaza, demikian pernyataan yang disampaikan Kementerian Luar Negeri RI, Sabtu (31/3/2018).

Dalam insiden tersebut, sebanyak 15 warga Palestina dilaporkan tewas dan ratusan lainnya luka-luka. Mereka adalah demonstran yang sedang berdemo di perbatasan Gaza dan Israel pada Jumat malam waktu setempat.

"Pemerintah dan rakyat Indonesia menyampaikan dukacita mendalam dan solidaritas kepada korban dan keluarga korban akibat aksi serangan tentara Israel tersebut," kata Kemlu RI melalui rilis yang diterima Liputan6.com.

"Indonesia menegaskan bahwa Pemerintah Israel memiliki tanggung jawab di bawah hukum HAM dan kemanusiaan internasional untuk melindungi warga sipil. Pemerintah Indonesia mendesak agar segera dilakukannya investigasi menyeluruh terhadap penggunaan kekerasan yang berlebihan tersebut dan agar hasilnya dipublikasi secara utuh," imbuh pihak Kemlu.

Kemlu juga menegaskan, kekerasan dan kekejaman yang terus dilakukan oleh tentara Israel bisa mengancam upaya perdamaian di Palestina dan kawasan Timur Tengah.

Seperti dikutip dari VOA Indonesia, bentrokan pecah ketika ribuan warga Palestina mendekat ke perbatasan. Militer Israel mengatakan, tentara membalas tindakan demonstran yang melemparkan batu dan menggelindingkan ban-ban yang dibakar.

Menurut Departemen Kesehatan Palestina, pasukan Israel menggunakan peluru besi berbalut karet dan gas air mata, menewaskan 15 warga Palestina dan melukai sekitar 500 orang.

Bentrokan tersebut menjadi hari paling mematikan di Gaza sejak musim gugur lalu.

Sebelumnya, warga Palestina membangun tenda-tenda protes di sepanjang Jalur Gaza. Banyak keluarga, laki-laki, perempuan, dan anak-anak, diperkirakan berpartisipasi dalam demonstrasi tersebut.

Demo selama beberapa pekan itu, yang akan diakhiri pada 15 Mei, dirancang untuk memperingati Nakba atau bencana ketika ratusan ribu warga Palestina harus meninggalkan tempat tinggal mereka atau tersingkir dalam perang tahun 1948 yang membuahkan berdirinya negara Israel.

Israel telah mengerahkan lebih dari 100 penembak jitu di sepanjang Jalur Gaza. Demo beberapa pekan itu diduga akan diakhiri bersamaan dengan rencana Washington membuat kedutaan besar di Yerusalem, langkah yang membuat marah orang Palestina karena menganggap Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara mereka di masa mendatang.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Israel Lampaui Batas

Tolak Yerusalem Sebagai Ibu Kota, Bentrokan Palestina-Israel Semakin Memanas
Pasukan keamanan Israel berusahan membubarkan demonstran Palestina saat terjadi aksi di kota Ramallah Palestina (16/3). Mereka menolak pengakuan Presiden AS Donald Trump atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel. (AFP Photo/Abbas Momani)

Wakil Ketua Badan Kerjasama Antarparlemen (BKSAP) Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Rofi' Munawar, juga mengecam tindakan tentara Israel tersebut.

Mereka menembaki warga Palestina yang hendak melakukan peringatan Hari Tanah Palestina, hari di mana Israel melakukan penyitaan tanah milik warga Palestina pada 1976.

"Kami mengecam tindakan Israel yang telah melakukan kekerasan terhadap ribuan warga Palestina yang hendak melakukan demonstrasi di tepi Gaza. Apa yang dilakukan Israel telah melampaui batas dan tidak berperikemanusiaan" ucap Rofi Munawar melalui keterangan tertulisnya hari Sabtu.

Menurutnya, aksi kekerasan ini dipastikan akan memicu gelombang protes yang lebih besar dan masif.

"Kekerasan selalu menghiasi tanah Palestina sejak 1948 dan terus terjadi setiap tahun hingga saat ini. Warga Palestina yang menuntut hak atas tanah mereka, selalu dihadapi dengan tindakan represif tentara Israel," kata Rofi'.

Legislator asal Jawa Timur ini menjelaskan, jumlah korban tewas dari rangkaian demonstrasi dari Jumat adalah yang terbesar sejak perang Israel terakhir di Gaza pada musim panas 2014.

Sejak itu, warga Palestina menjalani periode panjang dengan kondisi ekonomi yang sulit. Sementara pada saat yang bersamaan, blokade Israel mungkin menjadi yang terbesar dalam empat tahun gencatan senjata antara Hamas dan Israel.

"Dalam aksinya, warga Palestina melakukan demonstrasi dengan damai, meski terjadi konfrontasi yang melibatkan para pemuda di dekat perbatasan beberapa kali, tetapi untuk kesekian kalinya Israel selalu menanggapi dengan penembakan dan pembunuhan," tutur Rofi'.

Sebagai informasi, aksi protes ini dijadwalkan berjalan selama enam pekan dan akan berakhir pada 15 Mei, di hari Nakbah (bencana), hari yang menandai perpindahan ratusan ribu orang Palestina karena pencaplokan tanah mereka oleh Israel pada tahun 1948.

Warga Palestina telah lama menuntut hak atas tanah mereka untuk kembali, tetapi Israel berulangkali mengingkari itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya