Liputan6.com, Washington, D.C - Sembilan tahun lalu, tepat pada 21 April, World Digital Library (WDL) atau Perpustakaan Digital Dunia diresmikan di markas UNESCO di Paris, Prancis. Peluncuran tersebut bertujuan untuk dijadikan sumber rujukan berbagai dokumen penting dunia yang bisa diakses dengan bebas biaya.
Seperti dikutip dari unesco.org untuk Today in History Liputan6.com edisi Sabtu (21/4/2018), Perpustakaan digital antarnegara ini dikelola oleh UNESCO dan Library of Congress (Perpustakaan Kongres) milik Amerika Serikat.
Baca Juga
Misi pembentukan perpustakaan ini adalah untuk mengembangkan pemahaman antarbangsa dan budaya, memperluas kandungan variasi dan isi pada internet, menyediakan bahan dasar pengajaran bagi pengajar, sarjana, dan peminat umum. Selain itu juga untuk memperkuat kemampuan lembaga-lembaga mitra mempersempit kesenjangan digital di negara sendiri maupun antarnegara.
Advertisement
Sementara tujuannya adalah untuk mengembangkan dokumen non-bahasa Inggris dan non-barat di internet, dan membantu penyediaan bahan penelitian akademik.
Dalam wawancara dengan majalah Nature, Direktur WDL, John van Oudenaren, menyatakan bahwa sebagian besar generasi muda di dunia banyak memperoleh informasi melalui media elektronik.
Oleh sebab itu lah, WDL berusaha menjadi salah satu sumber informasi. Selain itu, WDL juga menjadi upaya untuk lebih mendorong negara berkembang memacu digitalisasi arsip dan dokumen sejarah berharga yang mereka miliki.
Menurut laporan BBC News dan The Guardian kala itu, perpustakaan tersebut menyediakan berbagai material sumber primer dari berbagai kebudayaan dunia secara bebas biaya dan dalam format multibahasa, seperti manuskrip, peta, buku langka, partitur musik, rekaman, film, cetakan, foto, rancangan arsitektur, dan berbagai bahan budaya lainya.
Washington Post kala itu melaporkan, saat pertama kali diresmikan, perpustakaan tersebut memiliki 1.236 material. Pada 2018, sudah menjadi 18.000 item dari hampir 200 negara.
Pada tanggal yang sama, 21 April tahun 1944, perempuan di Prancis memperoleh hak untuk memilih.
Sementara di Indonesia, setiap tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini --tokoh pergerakan wanita. Raden Ajeng Kartini lahir pada tahun 1879.