Liputan6.com, London - Pemerintah Korea Utara secara tiba-tiba membatalkan agenda pertemuan dengan delegasi Korea Selatan, yang rencananya akan dilaksanakan hari ini.
Korut beralasan pembatalan tersebut merupakan bentuk protes terhadap latihan militer gabungan yang baru saja dilakukan oleh Korsel dan Amerika Serikat (AS).
Dikutip dari BBC pada Rabu (16/5/2018), kantor berita resmi Korut, KCNA, menyebut latihan itu sebagai "provokasi" dan persiapan untuk invasi.
Advertisement
Oleh beberapa pengamat, pembatalan tersebut juga memperingatkan AS atas nasib KTT bersejarah antara pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump, yang dijadwalkan berlangsung pada 12 Juni mendatang di Singapura.
Baca Juga
Latihan militer bersama antara AS dan Korea Selatan sering membuat marah Korea Utara.
Di masa lalu, Pyongyang sempat mengancam "serangan habis-habisan" dalam menanggapi latihan gabungan tersebut, dan menuding mereka dengan sengaja memicu "api perselisihan".
Latihan militer gabungan AS dan Korsel yang terbaru, dikenal sebagai Max Thunder, melibatkan sekitar 100 pesawat tempur, termasuk sejumlah pembom B-52 dan jet F-15K yang tidak diketahui berapa jumlah pastinya.
Tetapi AS dan Korea Selatan selalu menampik tudingan Korea Utara, dan menekankan bahwa latihan itu murni untuk tujuan damai, di mana hal itu didasarkan pada kesepakatan pertahanan bersama yang ditandatangani pada 1953.
Mereka juga mengatakan bahwa latihan diperlukan untuk memperkuat kesiapan mereka jika terjadi serangan eksternal.
Â
Simak video pilihan berikut:
Rencana Pertemuan Korut-AS Tidak Terpengaruh
Sementara itu, agenda pembicaraan terjadwal antara dua negara Korea merupakan tindak lanjut dari KTT Inter-Korea yang diadakan pada 27 April lalu.
Korut dan Korsel telah menyepakati pada awal pekan ini, bahwa agenda pertemuan akan kembali dilakukan di Panmunjom. Perwakilan kedua negara juga merencanakan untuk membahas rincian lebih lanjut dari perjanjian yang mereka buat pada pertemuan bersejarah sebelumnya.
Rencana pembahasan tersebut mencakup hal-hal seperti membersihkan Semenanjung Korea dari senjata nuklir, serta menuntaskan gencatan senjata yang telah mendera kedua negara sejak 1953 silam.
Beberapa poin lain yang disetujui untuk dibahas lebih lanjut oleh kedua negara adalah:
- Diakhirinya "aktivitas yang tidak bersahabat" antara kedua negara.
- Mengubah zona demiliterisasi (DMZ) yang memisahkan kedua negara menjadi "zona damai", melalui penghentian seluruh siaran propaganda.
- Pengurangan senjata di wilayah Semenanjung Korea guna mengurangi ketegangan militer.
Adapun mengenai kekhawatiran imbas terhadap rencana pertemuan bersejarah antara Kim Jong-un dan Donald Trump, pemerintah AS mengatakan rencana terkait masih berlanjut. Â
"Kami akan terus merencanakan pertemuan itu," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS kepada media, segera setelah berita tentang batalnya pembicaraan Korut-Korsel dibatalkan.
Dia menambahkan bahwa AS telah menerima "tidak ada pemberitahuan" tentang perubahan posisi Korea Utara
Advertisement