Liputan6.com, Kuala Lumpur - Kepala Komisi Anti-Korupsi Malaysia (MACC), pada 22 Mei 2018 menyatakan, tak ada bukti yang mendukung klaim mantan perdana menteri Najib Razak bahwa uang 2,6 miliar ringgit dalam rekening pribadinya adalah donasi dari seorang pangeran Arab Saudi.
Pernyataan Kepala MACC Datuk Mohd Shukri Abdull semakin menguatkan dugaan bahwa fulus dalam rekening pribadi Najib itu berkaitan dengan dugaan skandal megakorupsi 1Malaysia Development Berhad atau 1MDB.
Advertisement
Baca Juga
Komentar Mohd Shukri bertepatan dengan pemeriksaan yang dijalani oleh Najib di MACC pada hari ini.
Seperti dikutip dari Malay Mail (22/5/2018), Mohd Shukri mengatakan bahwa penyelidik MACC telah dikirim ke Negeri Petrodolar untuk memverifikasi klaim Najib Razak langsung dari si pangeran Saudi itu.
Namun, pangeran Saudi tersebut tak mampu memberikan dokumen-dokumen pendukung, seperti lembar transaksi bank, untuk membuktikan klaim Najib Razak.
Â
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Uang Hasil Korupsi 1MDB?
Temuan itu semakin menguatkan dugaan bahwa uang 2,6 miliar ringgit yang ada di dalam rekening pribadi Najib berasal dari anak perusahaan 1MDB, SRC International. MACC juga tengah memeriksa bagaimana bisa uang yang diduga berasal dari SRC International dapat sampai ke rekening Najib.
SRC International merupakan lembaga finansial yang dibentuk pada 2011 pada saat Najib masih menjabat sebagai perdana menteri Malaysia. Lembaga itu dibentuk untuk menguatkan geliat investasi Malaysia di luar negeri pada sektor energi.
MACC berhasil melacak jejak transfer dana dari SRC International karena lembaga itu memanfaatkan entitas Malaysia untuk bertransaksi.
Adapun dana 1MDB lain yang dicurangi sulit terdeteksi, karena transaksi memanfaatkan entitas finansial atau firma yang berbasis di luar negeri.
Uang yang diduga ditransfer dari SRC International ke rekening Najib itu merupakan segelintir dari miliaran dolar Amerika Serikat yang dikorupsi dari 1MDB. Sebelum skandal korupsi itu terkuak, total dana dari 1MDB rencananya digunakan untuk meningkatkan geliat investasi Malaysia.
Di sisi lain, Najib Razak membantah semua tuduhan sejak skandal itu mencuat pada 2015. Ia bersikukuh berdalih, dana yang ada dalam rekening pribadinya merupakan donasi dari pangeran Kerajaan Arab Saudi, bukan dari 1MDB.
Namun, pada tahun yang sama, Najib -- yang masih menjabat sebagai PM Malaysia -- mengganti Jaksa Agung Malaysia dan pejabat MACC. Langkah itu dipandang banyak pihak sebagai upaya Najib untuk mengebiri proses investigasi.
Skandal rasuah 1MDB, salah satu yang terbesar dalam sejarah Malaysia, turut menyita perhatian dunia sejak tiga tahun lalu.
Penyelidikan atas kasus itu sempat senyap beberapa tahun sebelumnya. Namun kini, investigasi kembali dibuka menyusul kekalahan Najib dalam Pemilu Malaysia 2018 oleh oposisi yang dipimpin oleh Mahathir Mohammad.
Mahathir, yang kini menjabat sebagai perdana menteri baru Malaysia, bertekad untuk mengusut tuntas kasus 1MDB, selaras dengan janji kampanyenya. Saat kampanye, Mahathir pun berjanji berupaya untuk mengembalikan semua kerugian dari skandal 1MDB.
Saat ini, sebagai salah satu bentuk realisasi janji kampanyenya, Mahathir telah membentuk satuan tugas khusus untuk memeriksa individu yang diduga terlibat dalam skandal 1MDB.
Menurut Oditur Jenderal Malaysia, kerugian yang diderita Malaysia atas kasus rasuah 1MDB ditaksir mencapai US$ 10,6 miliar (setara 42 miliar ringgit Malaysia).
Advertisement