Liputan6.com, Stockholm - Pemerintah Swedia tengah mendistribusikan peringatan bahaya perang yang disebar ke 4,8 juta rumah para penduduknya, demikian menurut laporan The Guardian, 21 Mei 2018.
Selebaran tersebut berisi imbauan agar rakyat Swedia mempersiapkan diri terhadap kemungkinan datangnya krisis dan konflik bersenjata di tengah periode damai.
Selain itu, rakyat setempat juga diminta mewaspadai ancaman serangan dari berbagai pihak yang berpotensi menyasar warga sipil dan pemerintah Swedia.
Advertisement
Pamflet bernama 'Om krisen eller kriget kommer' (Jika krisis atau perang datang) menjelaskan bagaimana dasar-dasar justifikasi dan cara-cara berkontribusi dalam skenario pertahanan semesta (total defense) di Swedia.
Baca Juga
Dalam hal konflik bersenjata, pamflet itu mengatakan, "Setiap orang berkewajiban untuk berkontribusi dan semua orang dibutuhkan untuk 'pertahanan semesta' Swedia. Siapa saja antara 16 dan 70 dapat dipanggil untuk membantu dalam hal ancaman perang."
Penduduk juga diajarkan teknik mempersiapkan diri dari berbagai bahaya lain, seperti serangan siber, teror, dan perubahan iklim, serta kiat mengidentifikasi berita palsu.
Selain itu, selebaran juga mengajarkan warga Swedia untuk belajar cara-cara untuk menghimpun berbagai kebutuhan dasar jika terjadi krisis yang membuat komponen hidup mendasar sulit diperoleh.
Pamflet setebal 20 halaman itu diilustrasikan dengan gambar, grafis sirene, pesawat tempur dan keluarga yang melarikan diri dari rumah mereka.
"Meski Swedia lebih aman ketimbang banyak negara lain, ancaman terhadap keamanan dan kemandirian kami tetap ada," kata brosur itu.
"Jika Anda siap, Anda berkontribusi untuk meningkatkan kemampuan negara untuk mengatasi ketegangan besar."
Brosur serupa pertama kali didistribusikan di Swedia pada tahun 1943, pada kala negara Skandinavia itu menganut asas netral di tengah puncak Perang Dunia II.
Edisi revisi dari brosur itu secara teratur terus diterbitkan kepada masyarakat umum, sampai dihentikan pada tahun 1961.
Meski begitu, selebaran itu tetap didistribusikan kepada pejabat pemerintah lokal dan nasional, sampai akhirnya dihentikan juga pada tahun 1991.
Dan Eliasson dari badan kontingensi sipil Swedia, yang bertanggung jawab atas proyek itu mengemukkan alasan diterbitkannya kembali pamflet tersebut.
"Masyarakat rentan, jadi kita perlu mempersiapkan diri hingga ke tataran individu."
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Rilis di Tengah Tensi Tinggi Soal Rusia
Publikasi ini muncul di tengah perdebatan tentang keamanan dan kemungkinan Swedia bergabung dengan NATO.
Swedia sendiri bukanlah anggota NATO, tapi telah beberapa kali berpartisipasi dalam operasi aliansi yang kerap bersinggungan dengan kepentingan Rusia.
Kerja sama antara Swedia dan NATO salah satunya terjalin dalam Badan Kemitraan Euro-Atlantik.
Hal itu terjadi setelah aneksasi Krimea oleh Rusia pada tahun 2014 dan eskalasi aktivitas alutsista militer Negeri Beruang Merah baru-baru ini ke wilayah udara dan perairan Swedia.
"Rezim Rusia telah menunjukkan pergerakan yang menguntungkan rencana politiknya, tetapi mengancam perdamaian di kawasan Laut Baltik," ujar Menteri Pertahanan Swedia Peter Hultqvist pada Mei 2017 lalu.
Swedia pun juga telah memulihkan anggaran pertahanan mereka yang sempat dipotong sebelumnya. Dan tahun lalu, melakukan latihan militer terbesarnya untuk pertama kali sejak hampir seperempat abad lalu.
Negara Skandinavia itu juga memperkenalkan kembali wajib militer dan rencana bersama dengan Denmark untuk melawan serangan siber serta kampanye disinformasi Rusia.
Swedia belum berperang dengan negara lain selama lebih dari 200 tahun. Jika diserang, selebaran yang baru rilis itu mengatakan, "Kita tidak akan pernah menyerah."
Advertisement