Liputan6.com, Singapura City - Sehari usai pertemuan bersejarah Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Singapura pada Selasa 12 Juni 2018, aktivitas sehari-hari di Negeri Singa kembali normal.
Berbagai barikade dan papan penanda keamanan di sejumlah titik di Singapura telah dilucuti. Kepolisian setempat pun sudah tak lagi menerapkan rekayasa lalu-lintas, seperti pada beberapa hari sebelumnya.
Baca Juga
Akun Twitter Kepolisian Singapura, @SingaporePolice, juga sudah tidak lagi mengunggah imbauan mengenai rekayasa lalu-lintas seperti pada hari-hari sebelumnya.
Advertisement
"Barikade dan rekayasa lalu lintas sudah tak ada lagi sepemahaman saya. Sejak semalam sudah dibongkar," kata seorang petugas Kepolisian yang berjaga di depan Istana Singapura saat diwawancarai Liputan6.com, Rabu (13/6/2018).
Media Singapura The Strait Times melaporkan bahwa barikade dan mekanisme keamanan di Hotel Capella, tempat pertemuan puncak antara Donald Trump dan Kim Jong-un juga telah dibongkar setelah delegasi AS dan Korea Utara meninggalkan lokasi tersebut sejak Selasa 12 Juni sore kemarin.
Barikade keamanan di sekitar Hotel Shangri-La di Orange Grove --tempat bermalam Presiden Trump dan delegasi AS-- pun sudah dibongkar pada Selasa 12 Juni 2018 malam, sekitar pukul 21.30 waktu setempat.
Sementara itu, barikade keamanan di sekitar Hotel St Regis, Tanglin Road --tempat menginap Kim Jong-un beserta delegasi-- juga telah dibongkar, beberapa saat setelah sang pemimpin Korea Utara itu bertolak menuju Changi International Airport untuk terbang pulang ke Pyongyang pada Selasa 12 Juni 2018 malam, sekitar pukul 22.20 waktu setempat.
Â
Â
Saksikan juga video berikut ini:
Â
Harapan Penduduk Singapura Usai KTT Korea Utara-AS
Penduduk Singapura punya komentar yang beragam mengenai hasil akhir dari KTT Korea Utara-AS yang mempertemukan Presiden Donald Trump dan Kim Jong-un pada Selasa 12 Juni kemarin.
Beberapa warga setempat masih mengeluhkan mengenai uang 20 juta dollar Singapura yang digelontorkan pemerintah untuk membiayai KTT tersebut.
"Pemerintah menghabiskan banyak uang untuk. Tapi, tampaknya uang itu bisa menghasilkan sesuatu yang baik dari KTT tersebut," kata Tien Sichoa Hian, penjaja makanan ringan di Orchard Road pada Rabu, 13 Juni 2018.
Tien pun menggarisbawahi dampak positif lain dari perhelatan KTT di Singapura kemarin.
"Sebagai warga Singapura, bangga juga rasanya ketika AS dan Korea Utara mempercayai negara saya sebagai tempat berlangsungnya KTT kemarin," tambah pemuda itu.
"Saya rasa, dengan adanya perhelatan kemarin, orang-orang jadi melirik Singapura dan tampaknya bisa meningkatkan wisatawan asing."
Ketika ditanya mengenai harapan masa depan hubungan AS - Korea Utara usai perhelatan itu, Tien mengatakan, "Saya berharap adanya perdamaian dan Korea Utara yang lebih terbuka."
Harapan senada juga diutarakan oleh Mei Kuan, remaja perempuan yang bekerja paruh waktu sebagai pengumpul donasi bagi yayasan Budha setempat.
"Saya berharap perdamaian untuk kedua negara," katanya.
Sementara itu, wisatawan dari Indonesia juga mengharapkan hal serupa mengenai akhir dari KTT Korea Utara - AS
"Mudah-mudahan bisa membawa perdamaian buat dua negara ke depannya. Apalagi kemarin-kemarin sempat saling ancam buat tembak rudal nuklir kan. Semoga setelah pertemuan kemarin gak lagi deh," kata Gusti dan Ayu dari Bali.
Advertisement