India Krisis Air Bersih, Jutaan Orang Kehausan dan Terpapar Penyakit

Sejumlah wilayah di India menderita krisis air bersih, orang rela mengantre berjam-jam demi mendapat pasokan air bersih.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Jul 2018, 08:42 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2018, 08:42 WIB
Ilustrasi air (iStockphoto)
Ilustrasi air (iStockphoto)

Liputan6.com, New Delhi - Buruknya infrastruktur dan kelangkaan di tingkat nasional membuat air menjadi barang mahal di India, namun harga yang harus dibayar Sushila Devi, warga lokal, lebih mahal dari kebanyakan orang lainnya. Ia harus kehilangan suami dan anak lelakinya untuk memaksa pemerintah memasok air ke daerah kumuh yang ia sebut rumah.

"Mereka mati karena permasalahan air, bukan sebab lainnya," ujar wanita berusia 40 tahun ini, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (7/7/2018).

Saat menjawab pertanyaan itu, Devi mengenang pertikaian yang menewaskan dua dari anggota keluarganya di bulan Maret, hanya karena tangki yang mengangkut air minum. Atas insiden ini, akhirnya pemerintah melakukan pengeboran sumur.

"Sekarang kondisinya lebih baik. Namun sebelumnya … air mengandung kerak, kami bahkan tidak dapat mencuci tangan dan kaki dengan air semacam itu," ujarnya kepada Thomson Reuters Foundation di New Delhi.

India menderita akibat krisis air terburuk dalam sejarahnya, yang mengancam ratusan juta jiwa dan mengacaukan pertumbuhan ekonomi, ujar sebuah laporan lembaga pemikir pemerintah di bulan Juni.

Dari Himalaya di utara hingga pantai berpasir dengan deretan pohon nyiur di selatan, 600 juta orang -- hampir setengah populasi India -- menghadapi kelangkaan air yang akut, dengan hampir 200.000 orang mengalami kematian akibat polusi air.

Warga seperti Devi rela mengantre berjam-jam dengan membawa pipa, menenteng jerigen dan ember demi mendapatkan air dari truk-truk tangki. Acapkali diwarnai dengan saling sikut, dorong bahkan pukul.

Apabila air keran mereka mengalir, air yang keluar sering kali kotor sehingga sering menimbulkan penyakit, infeksi, disabilitas dan bahkan kematian, ujar para pakar.

"Airnya seperti racun," ujar Devi, yang masih mengandalkan pasokan dari tangki pemasok air minum, di luar gubuk satu kamarnya di daerah Wazipur, bagian dari ibukota Delhi yang telah lama menghadapi krisis air.

"Kondisinya lebih baik sekarang, namun masih tidak aman untuk diminum. Untuk keperluan mandi dan mencuci piring tidak masalah.”

Polusi air adalah sebuah tantangan besar, ujar laporan tersebut. Dengan hampir 70 persen pasokan air di India yang terkontaminasi, berdampak pada tiga dari empat warga India dan berkontribusi pada 20 persen penyakit yang timbul.

Meskipun demikian hanya sepertiga dari air limbah yang ada yang diolah, artinya air limbah mengalir ke sungai-sungai, danau-danau, kolam-kolam dan akhirnya mencemari air tanah.

"Air permukaan kami terkontaminasi, air tanah kami terkontaminasi. Lihat, air dimana-mana terkontaminasi karena kita tidak mengolah limbah padat dengan benar," ujar penyusun laporan, Avinash Mishra.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Hilangnya Mata Pencaharian

Ilustrasi air (iStockphoto)
Ilustrasi air (iStockphoto)

Sementara itu, penggunaan air tanah yang tidak terkendali oleh petani dan warga kaya telah menyebabkan tingkat air tanah anjlok ke rekor terendah.

Laporan itu memperkirkan 21 kota besar, termasuk New Delhi dan pusat IT India yaitu Bengaluru, akan mengalami kelangkaan air tanah menjelang tahun 2020 yang akan berdampak pada 100 juta orang.

Kepala WaterAid India, VK Madhavan, mengatakan kondisi air tanah di India sekarang sangat terkontaminasi.

"Kami bergumul dengan berbagai persoalan, dengan berbagai kawasan yang terkontaminasi arsenik, kontaminasi flouride, dengan salinitas dan nitrat," ujarnya, menyebutkan semua unsur kimia yang terkait dengan timbulnya penyakit kanker.

Arsenik dan fluoride timbul secara alami dalam air tanah, namun kedua unsur kimia itu menjadi semakin terkonsentrasi saat air menjadi semakin langka, sementara nitrat berasal dari pupuk, pestisida, dan limbah industri lainnya yang telah meresap ke dalam pasokan air tanah.

Kadar kimia dalam air telah begitu tinggi, ujarnya, sehingga kontaminasi bakteri – sumber penyakit yang terkait dengan air seperti diare, kolera, dan typhus – “berada di urutan kedua penyebab masalah.”

"Buruknya kualitas air – menyebabkan hilangnya mata pencaharian. Anda jatuh sakit karena tidak memiliki akses ke sumber air minum yang aman, karena air terkontaminasi."

"Beban akibat ketiadaan akses ke air minum yang aman, beban terbesar ditanggung oleh si miskin dan mereka yang harus menanggung harganya."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya