Yaman di Ambang Kelaparan, Arab Saudi dan UEA Janji Kirim USD 500 Juta

Saat ini 12 juta dari 28 juta warga Yaman selangkah lagi dari bencana kelaparan.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Nov 2018, 11:01 WIB
Diterbitkan 22 Nov 2018, 11:01 WIB
Krisis air di Yaman (AFP)
Krisis air di Yaman (AFP)

Liputan6.com, Riyadh - Arab Saudi dan Uni Emirat Arab telah menjanjikan dana US$500 juta untuk membantu jutaan warga Yaman yang terancam kelaparan.

Dikutip dari laman VOA Indonesia, Kamis (22/11/2018), pengumuman ini dikemukakan hanya beberapa hari setelah David Beasley, Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia (WFP), mengunjungi Yaman dan memberitahu Dewan Keamanan PBB bahwa 12 juta dari 28 juta warga Yaman “selangkah lagi dari bencana kelaparan.

Pemimpin King Salman’s Humanitarian Aid and Relief Center, Abdullah al-Rabeeah, memberitahu wartawan bahwa prakarsa baru tersebut bertujuan untuk memberikan bantuan makanan kepada sekitar 12 juta warga Yaman.

Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, yang sedang berperang melawan pemberontak Houthi Yaman sejak Maret 2015, mengumumkan prakarsa tersebut pada Selasa 20 November dari ibu kota Saudi, Riyadh.

Saat ini puluhan ribu orang tewas dalam perang tersebut, dan dua pertiga penduduk Yaman bergantung pada bantuan.

Sementara itu, para pejabat dan saksi mata di Yaman menyatakan pertempuran antara pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi dan pemberontak Syiah Houthi telah berkecamuk lagi kembali di sekitar kota pelabuhan Laut Merah, Hodeida, meskipun PBB menyerukan dilangsungkannya gencatan senjata di sana.

Mereka menyatakan serangan udara koalisi menghantam pemberontak Houthi di Hodeida dan sekitarnya pada Senin malam.

Sebelumnya, pemberontak menyatakan mereka menembakkan rudal balistik pada malam sebelumnya ke Arab Saudi, sebagai respons atas upaya serangan di perbatasan dan serangan udara lainnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

85.000 Balita Yaman Tewas Akibat Gizi Buruk Akut

Balita di Yaman yang mengalami gizi buruk (supplied / Save the Children UK)
Balita di Yaman yang mengalami gizi buruk (supplied / Save the Children UK)

Diperkirakan sekitar 85.000 anak di bawah usia lima tahun meninggal karena gizi buruk akut, sebagai imbas dari perang di Yaman yang telah berlangsung sejak 2014, kata badan amal terkemuka berbasis di Inggris, Save the Children.

Laporan itu melengkapi imbauan PBB yang telah memperingatkan bulan lalu bahwa hingga 14 juta orang Yaman berada di ambang kelaparan, demikian seperti dikutip dari BBC, Rabu 21 November 2018.

Save the Children mengatakan, laporan itu berlandaskan pada angka kematian untuk kasus-kasus medis malnutrisi berat akut pada balita, berdasarkan data yang dikumpulkan oleh PBB. Menurut perkiraan kasar, lembaga swadaya itu menghitung bahwa sekitar 84.700 balita mungkin telah meninggal antara April 2015 dan Oktober 2018.

Data-data yang disajikan ditujukan untuk menggalakkan pembicaraan antara berbagai pihak yang berkonflik untuk mengakhiri perang tiga tahun yang telah menyebabkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Yaman telah hancur oleh konflik itu. Pertempuran meruncing pada tahun 2015 ketika koalisi pimpinan Arab Saudi melancarkan rangkaian serangan udara terhadap gerakan pemberontak Houthi yang memaksa Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi melarikan diri ke luar negeri.

Setidaknya 6.800 warga sipil telah tewas dan 10.700 terluka dalam perang, menurut PBB.

Pertempuran dan blokade parsial oleh koalisi juga telah menyebabkan 22 juta orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan, menciptakan keadaan darurat keamanan pangan terbesar di dunia, dan menyebabkan wabah kolera yang telah mempengaruhi 1,2 juta orang.

Kondisi semakin diperparah ketika hanya setengah dari fasilitas kesehatan negara yang masih berfungsi untuk menangani keluarga yang mengalami gizi buruk. Dan, banyak orang yang hidup di bawah garis kemiskinan untuk mengakses layanan kesehatan yang masih beroperasi.

Meningkatnya harga pangan dan turunnya nilai mata uang negara akibat perang saudara membuat lebih banyak keluarga berisiko mengalami kekurangan pangan dan mengalami gizi buruk.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya