Vladimir Putin: Jangan Meremehkan Ancaman Perang Nuklir

Presiden Rusia Vladimir Putin mengingatkan untuk tidak meremehkan ancaman perang nuklir karena dapat merusak peradaban dunia.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 21 Des 2018, 11:01 WIB
Diterbitkan 21 Des 2018, 11:01 WIB
Putin resmikan jembatan terbesar di Rusia
Presiden Rusia, Vladimir Putin seusai mengemudikan truk melintasi jembatan baru yang menghubungkan wilayah Rusia dan Semenanjung Crimea di Kerch, Selasa (15/5). Jembatan Crimea membentang di atas Laut Hitam dan Laut Azov (Alexander Nemenov/Pool via AP)

Liputan6.com, Moskow - Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan untuk tidak mengabaikan ancaman perang nuklir, menyusul penarikan Amerika Serikat (AS) dari perjanjian senjata nuklir internasional, belum lama ini.

Berbicara pada konferensi pers tahunannya, Putin diminta oleh seorang jurnalis untuk mengomentari tentang ancaman perang nuklir atau perang dunia ketiga.

"Bahaya dari ancaman tersebut tengah diabaikan," kata Putin kepada lebih dari seribu wartawan dalam sesi tanya jawab akhir tahun, sebagaimana dikutip dari CNBC pada Jumat (21/12/2018).

"Sekarang perang nuklir tampaknya mustahil, sesuatu yang tidak begitu penting. Tetapi, pada saat yang sama jika ancaman ini terjadi, maka akan mengarah pada runtuhnya seluruh peradaban dan mungkin planet kita. Jadi, ini adalah isu penting," lanjutnya melalui seorang penerjemah.

"Sayangnya, kita memiliki kecenderungan untuk meremehkan situasi saat ini. Ada bahaya, ada risiko dalam kehidupan kita sehari-hari. Apa risiko itu? Pertama dan terutama, runtuhnya sistem kontrol senjata internasional, yang membuat gencar perlombaan senjata," ujarnya menegaskan.

Berbicara pada konferensi pers tahunannya, Vladimir Putin mengatakan sulit untuk memprediksi apa konsekuensi penarikan AS dari Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF), yang disepakati pada 1987 silam.

Perjanjian tersebut melarang Rusia dan AS untuk memiliki, memproduksi atau menguji terbang rudal jelajah darat yang memiliki kisaran tempuh sejauh 500 hingga 5.500 kilometer.

Selain itu, Putin juga menyatakan bahwa eskalasi ketegangan dapat menyebabkan munculnya perang yang seharusnya tidak terjadi.

"Sekarang mereka membuat satu langkah lagi dengan menarik diri dari perjanjian INF. Sulit membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya," katanya.

Komentar Vladimir Putin muncul setelah Donald Trump mengatakan pada Oktober lalu, bahwa pemerintahannya akan menarik diri dari kesepakatan INF, dengan alasan bahwa Rusia telah lebih dulu melakukan pelanggaran terhadapnya.

Trump mengatakan bahwa Rusia telah melanggar perjanjian senjata dengan membangun dan menempatkan senjata terlarang "selama bertahun-tahun". Moskow membantah keras tuduhan tersebut.

 

Simak video pilihan berikut:

Ketegangan AS-Rusia soal Senjata Nuklir

Presiden AS Donald Trump bersalaman dengan Presiden Rusia Vladimir Putin (AP/Martinez Monsivais)
Presiden AS Donald Trump bersalaman dengan Presiden Rusia Vladimir Putin (AP/Martinez Monsivais)

Sementara itu, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengkhawatirkan niat Amerika Serikat untuk mundur dari kesepakatan pengendalian senjata nuklir peninggalan era-Perang Dingin, dengan menyebut bahwa hal itu akan memicu perlombaan senjata antara kedua negara serta melemahkan stabilitas di Eropa hingga ke titik kritis.

Niat AS untuk mundur dari INF pada 20 Oktober lalu memaksa Rusia mengantisipasi langkah Washington DC untuk kembali menempatkan rudal nuklir di Eropa, kata Ryabkov pada 26 November 2018, seperti dikutip dari media AS Radio Free Europe.

Hal itu, kata Ryabkov, justru akan memicu hubungan AS-Rusia dan situasi di Eropa seperti era-Perang Dingin sebelum adanya Traktat INF.

Diplomat itu juga mengatakan bahwa jika AS menempatkan rudal yang saat ini dilarang di Eropa, Rusia akan menanggapi secara "efektif". Namun, Ryabkov tidak merinci rencana itu.

Senada dengan pernyataan tersebut, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Rusia akan menargetkan negara-negara Eropa yang setuju untuk menjadi tuan rumah rudal jarak menengah milik AS pada kemudian hari.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya