Liputan6.com, Seoul - Pemerintah Korea Selatan telah memilih ibu kotanya, Seoul, untuk maju sebagai kandidat Olimpiade musim panas 2032, yang bertujuan sebagai tuan rumah bersama dengan Korea Utara.
Korea Selatan akan secara resmi memberi tahu Komite Olimpiade Internasional tentang keputusan tersebut di sebuah acara di Lausanne, Swiss, pada Jumat 15 Februari.
Sementara itu, Korea Utara diperkirakan akan mengumumkan kota yang dicalonkannya pada akhir pekan ini, di mana kemungkinan terbesarnya adalah ibu kota Pyongyang, demikian sebagaimana dikutip dari Channel News Asia pada Selasa (12/2/2019).
Advertisement
Baca Juga
Keputusan untuk mengejar tawaran bersama --serta untuk berpartisipasi serupa dalam Olimpiade Musim Panas Tokyo 2020-- dibuat setelah serangkaian pembicaraan antar-Korea tahun lalu, yang memicu rekonsiliasi lintas perbatasan.
Dalam pertemuan yang diadakan oleh komite Olimpiade Korea Selatan pada hari Senin, Seoul mengalahkan saingannya, kota pelabuhan di selatan, Busan.
Walikota Seoul Park Won-soon mengatakan dia akan memastikan tawaran itu berfungsi sebagai kesempatan untuk "mengubah nasib semenanjung Korea".
"Jika Olimpiade Seoul 1988 adalah 'Olimpiade rekonsiliasi' di tengah perang dingin antara Timur dan Barat, dan Olimpiade PyeongChang 2018 adalah salah satu bukti perdamaian, Olimpiade 2032 akan dipromosikan sebagai perhentian akhir dalam membangun perdamaian," ujar Park mantap.
Terakhir kali Seoul menjadi tuan rumah Olimpiade musim panas pada 1988 silam, dan diboikot langsung oleh Pyongyang.
Simak video pilihan berikut:
Diplomasi Olahraga
Dalam beberapa bulan terakhir, Korea Selatan dan Utara telah beralih ke diplomasi olahraga untuk meredakan ketegangan.
Selama Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang tahun lalu, Korea Utara mengirim saudara perempuan pemimpin Kim Jong-un, Kim Yo-jong, untuk menyatakan minat rezim tertutup itu dalam pertemuan puncak antar-Korea.
Tim hoki es wanita Korea yang bersatu juga merupakan simbol persatuan di Pyeongchang, meskipun kehilangan momen juara semua pertandingan.
Setelahnya, Kim Jong-un pergi bertemu dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in sebanyak tiga kali, serta mengadakan pertemuan puncak dengan Presiden AS Donald Trump di Singapura pada 12 Juni lalu.
Namun, tawaran bersama menimbulkan beberapa kesulitan. Korea Utara dikenai sanksi ekonomi dan ini tidak mungkin dicabut oleh Dewan Keamanan PBB, kecuali Pyongyang mengambil langkah lebih keras menuju denuklirisasi.
Advertisement