5 Negara dengan Tingkat Kelaparan Terparah di Dunia

Sejumlah negara ini tercatat mengalami krisis pangan dan banyak warganya yang kelaparan.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 23 Feb 2019, 20:45 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2019, 20:45 WIB
Perang Panjang, 5 Juta Lebih Anak Yaman Terancam Kelaparan Akut
Seorang bocah yang menderita gizi buruk ditimbang di rumah sakit di Distrik Abs, Provinsi Haji, Yaman, Rabu (19/9). Konflik berkepanjangan antara pemerintah Yaman dengan pemberontak Houthi mengakibatkan 5,2 anak terancam kelaparan akut. (ESSA AHMED/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Krisis pangan masih menjadi ancaman di sejumlah negara. Akibatnya, banyak orang yang mengalami kelaparan dan gizi buruk.

Masalah krisis pangan, gizi buruk, dan kelaparan banyak dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Di antaranya masalah iklim di negara tersebut. Alasan lain juga ada, misalnya karena adanya perang yang berkecamuk di negara itu.

Masalah ini tentu mengkhawatirkan. Pasalnya, banyak jiwa yang telah tewas akibat permasalahan ini. PBB pun telah melakukan banyak usaha untuk masalah ini.

Seperti dikutip dari laman Concernusa.org, Sabtu (23/2/2019), berikut 5 negara dengan masalah kelaparan terbesar di dunia:

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

1. Republik Afrika Tengah

Pasukan patroli penjaga perdamaian PBB di Bangui, Republik Afrika Tengah (AFP)
Pasukan patroli penjaga perdamaian PBB di Bangui, Republik Afrika Tengah (AFP)

Republik Afrika Tengah (CAR) tetap berada di urutan teratas dalam daftar ini sebagai "negara paling lapar di dunia."

Republik Afrika Tengah telah mengalami ketidakstabilan, kekerasan etnis dan konflik sejak 2012. Hal ini mengganggu produksi pangan dan menggusur lebih dari satu juta orang. Lebih dari separuh penduduk membutuhkan bantuan kemanusiaan.

 

2. Chad

Petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api yang meluas di Pulau Selatan, Selandia Baru (AP/Chad Sharman)
Petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api yang meluas di Pulau Selatan, Selandia Baru (AP/Chad Sharman)

Di Chad, kekeringan terus-menerus terjadi dan kehadiran hujan yang sulit diprediksi. Hal semacam ini akhirnya menyebabkan petani gagal panen.

Negara ini telah berjuang melawan krisis kelaparan selama bertahun-tahun. Sekitar sepertiga dari populasi mengalami kekurangan gizi kronis dan 40 persen anak di bawah lima tahun menjadi kerdil. Konflik di wilayah itu telah menyebabkan ratusan ribu pengungsi dari Nigeria, Republik Afrika Tengah, dan Sudan yang memasuki Chad. Kesemua pencari suaka itu pun membutuhkan bantuan makanan darurat.

 

3. Yaman

UNHCR Beri Bantuan Pengungsi Korban Perang di Yaman
Warga Yaman mengantre untuk menerima bantuan selimut dan alas tidur dari Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) di kota pesisir Hodeidah, Yaman (11/4). (AFP Photo/Abdo Hyder)

Yaman berada dalam cengkeraman konflik brutal yang telah mendorong sebagian besar penduduk harus keluar dari negaranya.

Perang saudara terus memicu krisis pangan. Sekitar 18 juta orang menghadapi kelaparan dan delapan juta orang berisiko kelaparan.

Lebih dari 11 juta membutuhkan bantuan kemanusiaan hanya untuk bertahan hidup.

 

4. Sierra Leone

Sierra Leone
Presiden Sierra Leone Ernest Bai Koroma (kedua kanan) saat menghadiri acara pemakaman korban longsor di pemakaman Paloko, Sierra Leone,(17/8). Pemerintah setempat telah mengubur 350 orang yang tewas akibat musibah tersebut. (AP Photo/Manika Kamara)

Sierra Leone adalah satu dari lima negara dengan tingkat kelaparan yang mengkhawatirkan. Meskipun stabilitas politik dan perdamaian relatif setelah perang saudara selama satu dekade, kemiskinan yang merajalela terus meninggalkan Sierra Leone ke bagian bawah Indeks Pembangunan Manusia.

Sierra Leone dihantam keras oleh Ebola beberapa tahun yang lalu, yang dengan cepat diikuti oleh kekurangan pangan yang meluas. Negara ini terus terkena dampak banjir dan tanah longsor, yang terakhir menewaskan ratusan orang.

 

5. Haiti

Ilustrasi Haiti (Pixabay)
Ilustrasi Haiti (Pixabay)

Haiti juga memiliki tingkat kelaparan tertinggi di dunia. Negara kepulauan ini telah menderita akibat ketidakstabilan politik dan bencana alam seperti badai, banjir, dan gempa bumi.

Lebih dari setengah populasi hidup dengan kurang dari US$ 2 per hari, dan degradasi lingkungan yang parah telah membatasi produksi pangan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya