4-3-1918: Ketika Kapal Angkatan Laut AS Hilang 'Ditelan' Segitiga Bermuda

Hari ini, 101 tahun yang lalu, menandai akhir tragis dari pelayaran USS Cyclops. Kabarnya, kapal itu hilang 'ditelan' Segitiga Bermuda...

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Mar 2019, 06:00 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2019, 06:00 WIB
Bendera Amerika Serikat (AP PHOTO)
Bendera Amerika Serikat (AP PHOTO)

Liputan6.com, Bermuda - Hari ini, 101 tahun yang lalu, menandai akhir tragis dari pelayaran USS Cyclops.

Kapal milik Angkatan Laut Amerika Serikat itu hilang misterius bersama total 309 penumpang dan awak di Segitiga Bermuda, area laut imajiner yang menghubungkan 3 wilayah yaitu Bermuda, San Juan - Puerto Rico, dan Miami di Amerika Serikat.

USS Cyclops merupakan kapal besar yang menampung banyak arang batu sebagai bahan bakar untuk armada perang Amerika Serikat selama Perang Dunia I.

Kapal sepanjang 159 meter dan berat 12 ribu ton itu mulai berlayar dari pangkalan laut Norfolk pada 8 Januari 1918 menuju Rio de Janeiro untuk mendapatkan batu bara.

Kapal tiba di Ibukota Brasil tersebut, pada 28 Januari. Selama 2 pekan bercokol, kapten dan awak USS Cyclops mengumpulkan 10 ribu ton bijih mangan. Muatan kapal pun penuh.

Pada 18 Februari 1918, kapal kembali berlayar untuk pulang ke Baltimore, Maryland, Amerika Serikat via Bahi dengan mengangkut 309 orang di dalamnya. Namun, kapten kapal Komandan Worley mengambil jalur lain, yakni menuju Barbados terlebih dahulu untuk kembali mengambil pasokan batu bara, hingga akhirnya ke Baltimore.

Ketika itu, Konsulat Jenderal AS untuk Rio de Janeiro Gottschalk yang ikut rombongan kapal, menilai tak perlu mengambil batu bara tambahan. Namun, sang kapten kapal keras kepala, tetap melanjutkan perjalanan untuk menambah muatan kapal. Beberapa pekan di Barbados, para awak kapal mengeruk banyak tambang.

Pada 4 Maret 1918, USS Cyclops memulai perjalanan pulang ke Baltimore. Kapal diperkirakan akan tiba di tempat tujuan pada 13 Maret, namun pada akhirnya kabar angkutan laut tersebut tak lagi terdengar, hilang di tengah lautan Segitiga Bermuda.

Tak ada sinyal dari kapal. Pihak luar pun tak bisa menyambungkan saluran komunikasi ke kapal. Demikian seperti dikutip dari Bermuda-attractions.com, Selasa (3/3/2019).

Setelah berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, pun tak ada tanda-tanda puing kapal atau sisa kapal yang mengambang. Keberadaannya masih misterius. Yang pasti posisi terakhir kapal berada di Segitiga Bermuda.

 

Simak video pilihan berikut:

Spekulasi yang Menyelimuti Hilangnya USS Cyclops

Segitiga Bermuda (Foto: Noaa National Ocean Service).
Segitiga Bermuda (Foto: Noaa National Ocean Service).

Spekulasi saat itu muncul. Ada yang menyebut alien yang bersembunyi di bawah lautan, portal ke dimensi lain, gas methan, lokasi Atlantis yang hilang, hingga rumah iblis, Dajal.

Akan tetapi, ada juga penjelasan ilmiah yang lebih layak dipertimbangkan untuk menjawab misteri ini. Seperti di muat laman LiveScience, ada jawaban logis untuk menjelaskan hilangnya kapal atau pesawat di Segitiga Bermuda itu.

Daerah Segitiga Bermuda rentan terhadap badai tak terduga. Ada gelombang Gulf Stream yang sangat cepat dan turbulen menelan serpihan kapal, pesawat, beserta penumpangnya. Menghapus bukti-bukti terjadinya bencana.

Namun demikian, Angkatan Laut AS atau US Navy hingga kini tidak meyakini adanya Segitiga Bermuda. Sementara U.S. Board on Geographic Names tidak mengakuinya sebagai nama resmi. Belakangan, menurut pasar asuransi Lloyd's of London, tak ada lagi kapal yang tenggelam di area itu.

Laman Sejarah Angkatan Laut Amerika Serikat, www.history.navy.mil, menjelaskan bahwa faktor signifikan yang menyebabkan hilangnya kapal di Segitiga Bermuda adalah arus laut yang kuat disebut Gulf Stream.

Sebelum telegraf, radio dan radar ditemukan, pelaut tidak tahu ada badai atau angin topan berada di dekatnya. Bencana itu baru ketahuan setelah ada perubahan di cakrawala.

Peristiwa Bersejarah Lainnnya...

Dalam peristiwa bersejarah lainnya, 4 Maret 1861, Abraham Lincoln dilantik menjadi presiden ke-16 Amerika Serikat.

Sementara itu pada 4 Maret 1952, sastrawan dan jurnalis AS, Ernest Hemingway menyelesaikan novel fenomenalnya, The Old Man and the Sea. Pada 1953, buku tersebut memenangkan Pulitzer Prize dan menjadi salah satu karya Hemingway dengan penjualan terbaik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya