Liputan6.com, Astana - Pemerintah Kazakhstan telah mengganti nama ibu kotanya, dari Astana menjadi Nur-Sultan, guna menghormati presiden terlama yang memimpin negara itu, Nursultan Nazarbayev.
Dikutip dari Al Jazeera pada Minggu (24/3/2019), Nazarbayev baru saja mengundurkan diri dari kursi kepresidenan pada awal pekan ini, di mana hal tersebut dinilai oleh banyak pihak sebagai langkah yang mengejutkan.
Perintah untuk mengubah nama ibu kota dikeluarkan pada hari Sabtu oleh Kassym-Jomart Tokayev, presiden sementara Kazakhstan yang baru dilantik.
Advertisement
Baca Juga
Nama baru itu awalnya diusulkan oleh Tokayev pada Rabu 20 Maret, sebagai penghargaan kepada Nursultan Nazarbayev, yang telah memimpin Kazakhstan selama beberapa dekade sampai pengunduran dirinya pada hari Selasa.
"Pendapat (Nazarbayev) akan menjadi istimewa, dapat dikatakan prioritas, penting dalam pengembangan dan adopsi keputusan strategis," kata Tokayev pada saat itu.
Di lain pihak, protes kecil terjadi di Almaty dan kota-kota utama lainnya, setelah perubahan nama diusulkan.
Astana menggantikan Almaty sebagai ibu kota Kazakhstan pada 1997, dan kini berkembang pesat dari kota provinsi kecil menjadi wilayah yang dilengkapi infrastruktur futuristik.
Secara harfiah, nama Astana berarti "ibu kota" dalam bahasa Kazakh, dan telah lama ada spekulasi bahwa, pada titik tertentu, dapat diganti namanya berdasarkan pemimpin yang membentuknya.
Nazarbayev memegang kendali Kazakhstan selama hampir 30 tahun, mulai ketika masih menjadi bagian dari Uni Soviet, hingga berdaulat penuh.
Simak video pilihan berikut:
Tetap Memegang Kekuatan Kunci
Pengumuman hari Selasa untuk mengubah nama ibu kota Astana mengejutkan banyak pihak, termasuk para analis yang telah memperkirakan Nazarbayev menjabat presiden seumur hidup, seperti halnya dengan para pemimpin di negara-negara Asia Tengah lainnya.
Namun, beberapa orang mencatat bahwa Nazarbayev (78), yang dipuji Tokayev sebagai "seorang pembaru yang luar biasa", akan mempertahankan kekuatan kunci sebagai ketua Dewan Keamanan dan kepala partai Nur Otan yang berkuasa.
Pemerintahan Nazarbayev selama puluhan tahun mengubah Kazakhstan menjadi salah satu penyedia sumber energi terkemuka, namun dengan sedikit toleransi terhadap oposisi.
Pengunduran dirinya diperkirakan tidak akan secara fundamental mengubah sistem otoriter Kazakhstan, yang menurut kelompok hak asasi hanya menyisakan sedikit ruang untuk kompetisi politik, masyarakat sipil, dan kebebasan media.
Tokayev, seorang diplomat karier yang telah menjadi juru bicara senat, dapat melayani sisa masa jabatan Nazarbayev menjelang pemilu yang dijadwalkan tahun depan.
Advertisement