Rencana Kazakhstan Ubah Sistem Alfabet Akan Menelan Triliunan Rupiah

Alfabet Cyrillic disebut menghambat Kazakhstan dalam mengejar kemajuan dunia yang semakin dinamis.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 30 Apr 2018, 18:20 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2018, 18:20 WIB
astana
Kota Astana, ibu kota Kazakhstan. (AFP)

Liputan6.com, Astana - Tahun lalu, Presiden Kazakhstan, Nursultan Nazarbayev, mengusulkan perubahan sistem alfabet yang dianut, dari Cyrillic menjadi Latin.

Presiden Nazarbayev berpendapat bahwa huruf Cyrillic yang diwarisi Rusia, membuat Kazakhstan sulit mengejar kemajuan dunia yang terus bergerak dinamis.

Dikutip dari Qz.com pada Senin (30/4/2018), terdapat tiga opsi varian huruf Latin yang tengah dipilih oleh pemerintah Kazakhstan, yakni pada sistem huruf yang dianut bahasa Inggris, Perancis, dan Jerman.

Menurut beberapa pengamat, rencana perubahan sistem alfabet akan menuntut kerja yang sangat keras oleh pemerintah Kazakhstan.

Menurut kalkulasi Kementerian Ekonomi setempat, untuk mengawal rencana perubahan alfabet, dibutuhkan biaya setidaknya 218 miliar tenge, atau setara Rp 9,2 triliun.

Salah satu kekhawatiran terbesar dari rencana tersebut adalah sosialiasi menyeluruh kepada warga, untuk membiasakan komunikasi dengan huruf Latin.

Sekitar 90 persen anggaran kemungkinan besar dikeluarkan untuk mengatasi isu di atas, termasuk membuat materi pembelajaran baru, menerjemahkan buku pelajaran yang ada, mengatur kelas, dan langkah-langkah terkait lainnya.

Ada juga hambatan teknis lain, yakni pemerintah Kazakhstan perlu mengembangkan perangkat lunak, yang misalnya digunakan untuk secara otomatis mengonversi karakter lama ke sistem huruf yang baru.

Ditambah lagi dengan fakta bahwa segala bentuk komunikasi visual di Kazakhstan menggunakan huruf Cyrillic, membuat perkiraan tercepat untuk 'menulis ulang' ke dalam huruf Latin adalah selama tujuh tahun.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Muncul Pertanyaan yang Menyangsikan

Ibukota Kazakhstan Astana
Ibukota Kazakhstan Astana (AFP)

Sementara itu, muncul banyak pertanyaan yang menyangsikan rencana ambisus pemerintah Kazakhstan tersebut.

Satu interpretasi dari langkah Presiden Nazarbayev mengatakan, bahwa rencana itu hanyalah cara yang mahal bagi pemimpin otoriter untuk menjauhkan negaranya, dari 'kenangan' sebagai korban ekspansionisme Soviet.

Jika itu masalahnya, menurut Nikhil Sonad, seorang pengamat politik Asia Tengah, Presiden Nazarbayev juga harus memperhitungkan populasi besar penutur bahasa Rusia di negara tersebut, yang salah satunya termasuk dari etnis Kazakh.

Ada juga argumen bahwa sistem penulisan yang berlaku di Kazakhstan saat ini perlu dimodernisasi, tetapi tidak perlu sampai mengubah total sistem huruf Cyrillic.

Banyak bunyi dalam bahasa nasional Kazakhstan tidak memiliki kesamaan dengan yang dimiliki oleh sistem huruf Latin.

Selain itu, dalam isu komputasi, penggunaan sistem 32 tombol pada papan ketik (keyboard) konvensional, akan sulit diadaptasi oleh sistem 42 tombol yang dianut sejak lama oleh komunitas penganut huruf Cyrillic.

"Waktu yang dibutuhkan untuk adaptasi pada sistem papan ketik, akan berpengaruh pada pelambatan beragam sektor yang menyokong pembangunan negara," jelas Sonad.  

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya