Liputan6.com, Manila - Warga Filipina akan melaksanakan pemungutan suara pada hari ini, Senin 13 Mei 2019. Pemilu sela (mid-term) itu akan memilih anggota legislatif, di mana para ahli memprediksi akan semakin memperkuat kekuasaan Presiden Filipina Rodrigo Duterte.
Hal itu mengingat lebih dari 18.000 jabatan akan diperebutkan dalam pemilu kali ini, termasuk setengah dari kursi di Majelis Tinggi (Senat), sebagaimana dikutip dari The Straits Times pada Senin (13/5/2019). Untuk kompetisi di Senat yang selama ini menjadi benteng melawan kebijakan Duterte, sebuah survei menunjukkan mayoritas kursi akan dimenangkan oleh para tokoh pro-pemerintah.
Advertisement
Baca Juga
Para pemilih telah memadati pusat-pusat pemilihan di Ibu Kota Manila saat ini. Tempat pemungutan suara telah dibuka sejak pukul 06.00 pagi.
"Saya memberikan suara untuk semua kandidat yang didukung oleh Presiden Duterte," kata pemilih Evelyn Balili (55). Menurutnya, pemerintah telah memenuhi janji kampanye untuk memperbaiki negara.
Di sejumlah titik, polisi bersiaga tinggi untuk mengamankan berlangsungnya pesta demokrasi. Mengingat, banyak kejadian berdarah terjadi menjelang pemilu di Filipina. Beberapa waktu lalu, 20 orang tewas dan 24 luka-luka dalam kekerasan.
Hasil untuk jabatan wali kota dan dewan kota diharapkan akan diketahui beberapa jam setelah pemungutan suara ditutup pada pukul 06.00 sore nanti. Sementara pemenang untuk para anggota dewan baik Senat maupun kongres kemungkinan akan diumumkan mulai Jumat pekan ini.
Mengapa Duterte Pupuler di Masyarakat?
Presiden Filipina Rodrigo Duterte dilihat oleh rakyat sebagai figur yang tegas dan berkomitmen membenahi disfungsi pemerintahan --satu hal yang sering gagal dilakukan oleh pemimpin sebelumnya.
Selama menjabat, Duterte dikenal sebagai pemimpin yang menyatakan perang besar-besaran melawan narkoba, mengingat banyak pemuda di negara itu yang telah menjadi korban. Ia menginginkan kembalinya hukuman mati untuk penumpasan barang haram tersebut.
Filipina melarang hukuman mati pada tahun 1987, mengembalikannya enam tahun kemudian dan kemudian dihapuskan kembali pada tahun 2006.
Perangnya dalam melawan narkotika dijalankan dengan menurunkan usia pidana dari 15 menjadi 12 tahun. Platform, itu telah menjadi kunci kemenangannya pada 2016 lalu. Meski demikian, para aktivis hak anak pernah mengkhawatirkan langkah itu. Beberapa waktu, jargon seperti "Anak bukan Pelaku Kriminal" ramai dugunakan dalam protes melawan kebijakan pemerintah.
Advertisement
Keluarga Duterte dalam Pusaran Politik
Tak hanya Duterte yang tengah berjuang mempertahankan kendalinya atas perpolitikan di Filipina. Beberapa anggota keluarganya juga melakukan hal yang sama.
Anak perempuan Duterte yang bernama Sara, berusaha mempertahankan posisinya sebagai wali kota di wilayah selatan Kota Davao. Ia dikenal secara populis sebagai calon pengganti Duterte dalam pemilihan presiden 2022 mendatang.
Adik laki-lakinya, Sebastian, tengah berjuang untuk kursi wakil wali kota. Sementara putra tertua Duterte, Paolo, tengah berusaha keras mendapatkan kursi di Majelis Rendah atau Dewan Perwakilan Rakyat.
Dalam sejarahnya, kontes pemilihan di Filipina tidak hanya sengit, namun juga berdarah. Beberapa kali para kandidat dan pendukung mereka terbunuh dalam persaingan mendapatkan jabatan. Politik sendiri adalah ladang kekayaan di negara itu, di tengah kemiskinan yang masih terjadi di kalangan rakyat.