Liputan6.com, Melbourne - Sebuah tim ilmuwan di Australia menyebut, jumlah pencemaran plastik yang ada di seluruh dunia mungkin sangat diremehkan, sebab sebagian besar pencemaran sampah ini sebenarnya berada di bawah permukaan tanah.
Penemuan itu adalah hasil dari survei polusi plastik di pantai Kepulauan Cocos, sebuah Wilayah Luar negeri Australia yang terdiri dari 2 atol dan 27 kepulauan koral dan terletak di Samudra Hindia.
Diperkirakan 414 juta puing sampah plastik kini mengotori pulau-pulau terpencil di sana, dan sebagian besar di antaranya terkubur di bawah permukaan tanah pulau, demikian menurut laporan yang diterbitkan pada 16 Mei dalam jurnal Scientific Reports yang dikutip pada Selasa (28/5/2019).
Advertisement
Baca Juga
Para ilmuwan mensurvei tujuh dari 27 pulau, yang merupakan 88 persen dari total daratan pulau-pulau itu. Mereka memperkirakan bahwa tanah-tanah di sana dipenuhi dengan 262 ton (238 metrik ton) plastik.
Seperempat dari puing-puing itu adalah barang sekali pakai seperti sedotan, tas dan sikat gigi (sekitar 373.000). Para peneliti juga mengidentifikasi sekitar 977.000 sepatu.
Sekitar 93% dari potongan-potongan sampah yang ditemukan, yang didominasi oleh potongan-potongan plastik berukuran mikro, terkubur di bawah permukaan tanah dalam waktu yang relatif lama.
Tetapi karena para peneliti hanya menggali 3,94 inci (10 sentimeter) ke dalam pasir, dan tidak dapat mengakses beberapa pantai yang diketahui memiliki banyak potongan sampah, maka mereka menyimpulkan bahwa hasil tersebut kemungkinan konservatif.
"Polusi plastik sekarang ada di mana-mana di lautan kita, dan pulau-pulau terpencil adalah tempat yang ideal untuk kami mendapatkan pandangan obyektif tentang volume puing-puing plastik yang sekarang mengelilingi dunia," kata penulis utama, Jennifer Lavers, seorang ilmuwan peneliti di University of Tasmania.
Melebihi Bintang di Bimasakti
Pada tahun 2017, kelompok peneliti yang sama mengungkapkan bahwa Pulau Henderson, pulau terpencil yang tidak berpenghuni di Pasifik Selatan, disebut sebagai pulau yang paling tercemar di dunia.
Sementara itu, produksi plastik dinilai sudah meningkat secara dramatis selama dekade terakhir. Dalam 13 tahun terakhir saja, manusia memproduksi hampir setengah dari semua plastik yang diproduksi dalam enam dekade terakhir.
Perkiraan global baru-baru ini menemukan bahwa 5,25 triliun jenis plastik kini ada di lautan. Angka ini bahkan melebihi bintang-bintang di Bimasakti, menurut jurnal ilmiah itu.
sedangkan jumlah potongan yang terkubur hingga sekitar 4 inci (10 cm) di bawah permukaan pantai adalah 26 kali lebih tinggi dari jumlah yang terlihat di permukaannya, tulis para peneliti.
Advertisement