Liputan6.com, Seoul - Sebuah kelompok hak asasi manusia mengatakan telah mengidentifikasi ratusan tempat di Korea Utara, yang menurut para saksi mata, digunakan sebagai situs publik terbuka untuk eksekusi mati dan pembunuhan oleh negara di luar prosedur hukum.
Situs terbuka itu sengaja dirancang untuk mengeksekusi mati secara sewenang-wenang dan agresif sebagai bagian untuk mengintimidasi para warganya.
Advertisement
Baca Juga
The Transitional Justice Working Group (TJWG) yang berbasis di Seoul mengatakan telah mengungkap setidaknya 323 situs, hasil dari empat tahun riset dan wawancara terhadap 610 pembelot Korea Utara yang tinggal di Korea Selatan.
"Eksekusi publik dilakukan untuk mengingatkan orang akan posisi kebijakan tertentu yang dimiliki negara," kata direktur riset TJWG Sarah A Son seperti dilansir The Guardian, Selasa (11/6/2019).
"Tapi alasan kedua dan yang lebih kuat adalah itu menanamkan budaya ketakutan di antara orang-orang biasa."
Anggota elite juga menjadi korban eksekusi itu, di antaranya paman Kim Jong-un, Jang Song Thaek, pada 2013.
Tuduhan paling umum yang dilontarkan terhadap orang yang dieksekusi di lokasi itu berkisar dari "mencuri tembaga dan ternak" hingga, yang sangat jarang, kegiatan "anti-negara" dan secara ilegal menyeberang ke China, kata TJWG.
Survei terhadap 610 pembelot Korea Utara menghasilkan 19 laporan tentang eksekusi terhadap lebih dari 10 orang pada satu waktu yang sama.
Simak video pilihan berikut:
Anak-Anak Menonton
Dalam sejumlah eksekusi mati itu, kerumunan publik yang bisa mencapai ratusan orang akan berkumpul --dengan yang termuda adalah anak-anak berusia setidaknya 7 tahun.
TJWG menemukan bahwa 35 laporan eksekusi publik berasal dari satu tepi sungai tertentu, dengan eksekusi terjadi di lokasi yang tidak dikenal setiap dekade sejak 1960-an. Enam dari eksekusi dilakukan dengan cara digantung dan 29 lainnya oleh regu tembak, kata kelompok itu.
Media internasional seperti Reuters belum dapat mengonfirmasi secara independen salah satu klaim dalam laporan.
Di sisi lain, TJWG telah mengimbau bahwa sampel survei dengan teknik wawancara kepada para pembelot "belum tentu representatif."
Misalnya, TJWG menyebut jumlah responden yang tidak proporsional, dengan mayoritas berasal dari provinsi ter-utara dengan akses terbesar ke perbatasan Tiongkok untuk orang yang berusaha membelot.
Bulan lalu, muncul laporan tentang pembersihan pejabat senior Korea Utara yang terlibat dalam negosiasi nuklir Pyongyang dengan Washington, dengan klaim bahwa salah satunya, Kim Hyok-chol, telah dieksekusi. Laporan itu kemudian dipertanyakan ketika beberapa tokoh yang tampaknya dikirim ke pengasingan atau 'diminta untuk menghilang', muncul kembali di depan umum.
Media pemerintah Korea Utara tidak memberikan komentar.
Advertisement