Kisah Menarik di Balik 70 Tahun Hubungan Indonesia-AS

Hubungan Indonesia dan Amerika Serikat (AS) telah mencapai 70 tahun.

oleh Raden Trimutia Hatta diperbarui 10 Jul 2019, 17:04 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2019, 17:04 WIB
simposium bertajuk "Hubungan 70 tahun Indonesia-AS: Sejarah, Kebijakan dan Masa Depan". (KBRI Washington DC)
simposium bertajuk "Hubungan 70 tahun Indonesia-AS: Sejarah, Kebijakan dan Masa Depan". (KBRI Washington DC)

Liputan6.com, Jakarta - Hubungan Indonesia dan Amerika Serikat (AS) telah mencapai 70 tahun. Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Washington DC, Hudson Institute, dan US Indonesia Society (USINDO) menggelar simposium bertajuk "Hubungan 70 tahun Indonesia-AS: Sejarah, Kebijakan dan Masa Depan".

Dalam simposium yang digelar Selasa 9 Juli itu, Duta Besar (Dubes) RI untuk AS, Mahendra Siregar mengatakan, kedua negara harus menginvestasikan berbagai upaya untuk mendorong komunikasi dan kemitraan yang lebih aktif antara generasi muda atau kaum milenial yang akan melengkapi dan memperkuat diplomasi tingkat pemerintah.

"Perkembangan dan kemajuan teknologi yang serba cepat dan transparan, membuat komunikasi antarmasyarakat kedua negara tidak lagi ada jarak, baik dari perspektif geografis maupun budaya, sehingga menjadi lebih lugas dan produktif. Kemitraan RI dan AS juga senantiasa didasarkan prinsip kesetaraan di semua aspek," kata Dubes Mahendra dalam keterangan tertulisnya, Rabu (10/7/2019).

Pernyataan yang sama juga ditegaskan sejarawan Baskara T Wardaya dengan mencontohkan betapa kedekatan masyarakat kedua negara sudah terlihat sejak lama. Salah satunya adalah kisah menarik yang jarang diketahui publik, yakni saat Allan Broom Savannah dari Negara Bagian Georgia pada Januari 1950 mengirim surat pribadi kepada Presiden Harry Truman agar Pemerintah AS mendukung Indonesia dalam menegakkan kemerdekaan. 

Masih dalam konteks historis, sejarawan dari Ohio State University, Prof Robert J McMahon menekankan, simpati publik AS pada masa-masa awal perjuangan bangsa Indonesia dalam menegakkan kemerdekaan juga selaras dengan kebijakan Pemerintah AS. 

"Saat Belanda, yang notabene adalah sekutu AS, melakukan aksi militer yang kedua pada tahun 1948 (ke Indonesia) misalnya, AS mengancam tidak akan mengucurkan bantuan Marshall Plan ke Belanda yang perekonomiannya tengah morat-marit, jika Belanda tidak menghentikan aksinya tersebut," ungkap Robert. 

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Proyeksi ke Depan

Terkait proyeksi ke depan kerjasama kedua negara, Mark Clark, Acting Deputy Assistant Secretary urusan Asia Pasifik Kementerian Luar Negeri AS menegaskan, evolusi positif kemitraan Indonesia dan AS menjangkau banyak aspek. 

"Dalam beberapa waktu terakhir, kita melihat pengembangan bidang-bidang baru seperti dialog kerjasama mengenai ruang angkasa, penanganan mitigasi bencana, kesehatan, terorisme, pencurian ikan di laut dan sebagainya," ujar diplomat senior AS yang fasih berbahasa Indonesia ini.

Sementara itu, menurut salah satu panelis, yakni Dubes David Merrill yang juga Ketua USINDO, aspek strategis lain yang perlu didorong adalah kerjasama antar-Parlemen, antara lain melalui peningkatan frekuensi saling kunjung, diskusi, dan berbagi pengalaman antar anggota legislatif kedua negara.

Simposium ini membahas aspek historis, sekaligus tantangan maupun peluang serta proyeksi hubungan Indonesia dan AS di masa depan. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya