China Kembali Tahan WN Kanada, Memperuncing Krisis Diplomatik?

China, pada Senin 15 Juli 2019, mengonfirmasi tengah menahan seorang warga Kanada terkait kasus narkoba.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 16 Jul 2019, 07:27 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2019, 07:27 WIB
Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)
Bendera China (AFP/STR)

Liputan6.com, Beijing - China, pada Senin 15 Juli 2019, mengonfirmasi tengah menahan seorang warga Kanada terkait kasus narkoba.

Pria itu menjadi satu dari beberapa WN Kanada yang menghadapi proses hukum di Tiongkok, ketika hubungan diplomatik kedua negara menegang akibat perkara hukum bos Huawei di Negeri Maple.

Krisis diplomatik dipicu oleh penahanan Meng Wanzhou, kepala keuangan untuk raksasa teknologi China Huawei, di Vancouver. Penangkapan dikabarkan terkait pada upaya Amerika Serikat untuk mengekstradisinya.

"Biro Keamanan Publik Provinsi Shandong baru-baru ini menangani kasus terkait narkoba yang melibatkan pelajar asing," kata juru bicara kementerian luar negeri Geng Shuang pada konferensi pers.

"Salah satu orang yang terlibat dalam kasus ini adalah warga negara Kanada," lanjutnya seperti dikutip dari The Guardian, Selasa (16/7/2019).

Jubir Kemlu China Geng Shuang mengatakan, kasus itu sedang diselidiki dan kedutaan besar terkait telah diberitahu.

Kanada mengatakan pada Minggu 14 Juli bahwa salah satu warganya ditahan di kota Yantai, Provinsi Shandong timur, dan bantuan konsuler telah diberikan.

Simak video pilihan berikut:

Diplomasi 'Saling Tahan Warga Negara'

Ilustrasi bendera Kanada (AFP/Geoff Robins)
Bendera Kanada (AFP/Geoff Robins)

Sebuah sumber yang mengetahui penahanan terbaru mengatakan kepada AFP bahwa tidak ada indikasi bahwa kasus itu terkait dengan penangkapan warga Kanada Michael Kovrig, seorang mantan diplomat, dan konsultan Michael Spavor, yang menghadapi tuduhan terkait spionase.

Keduanya ditahan beberapa hari setelah penangkapan CFO Huawei Meng Wanzhou pada Desember 2018 --yang memicu pertanyaan apakah langkah itu mmerupakan pembalasan. Ottawa menyebut penangkapan kedua WN Kanada itu "sewenang-wenang".

Ketika pertikaian diplomatik meningkat, Beijing menghukum mati dua warga Kanada lainnya karena perdagangan narkoba dan memblokir impor produk pertanian Kanada senilai miliaran dolar.

"Kasus itu tampaknya memperkuat pesan ... bahwa China memandang penahanan sandera manusia sebagai cara yang dapat diterima untuk melakukan diplomasi," tulis Donald Clarke, profesor hukum George Washington University dalam sebuah kolom opini awal Januari 2019.

Geng mengatakan pada Senin 15 Juli bahwa kasus terakhir tidak memiliki hubungan dengan penghancuran obat terlarang pekan lalu yang berpusat di cabang lokal dari sebuah sekolah bahasa di provinsi Jiangsu, yang melibatkan tujuh guru asing dan sembilan siswa asing.

Undang-undang narkoba yang ketat di Tiongkok bisa membuat pesakitan terancam hukuman penjara yang lama atau bahkan eksekusi mati.

Diplomasi saling menahan warga negara antara China dan Kanada pernah terjadi pada 2014. Setelah pihak berwenang Kanada menangkap seorang pengusaha China untuk diekstradisi ke AS atas tuduhan peretasan, polisi Tiongkok menangkap pasangan Kanada yang telah menjalankan sebuah kafe sejak 1980-an dengan tuduhan mata-mata.

Setelah penangkapan Meng Wanzhou pada Desember 2018, setidaknya 13 warga Kanada telah ditahan di Tiongkok, dengan sebagian besar dari mereka dideportasi.

"Apa artinya ini bagi taktik pemerintah China untuk maju sebagian besar tergantung pada bagaimana hal ini terjadi," kata Maggie Lewis, profesor hukum dan pengamat China dari Seton Hall University New Jersey, seperti dikutip dari The Guardian.

"Jika pendekatan ini menghasilkan hasil yang menguntungkan bagi Beijing, maka masuk akal pemerintah akan mempertimbangkan menggunakan taktik serupa di masa depan," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya