Liputan6.com, Paris - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, kebakaran Hutan Amazon adalah "krisis internasional" yang perlu menjadi agenda utama pada KTT G7 akhir pekan ini --di mana pemimpin 7 negara ekonomi terbesar dunia berkumpul di Biarritz, Prancis.
"Rumah kami terbakar. Secara harfiah," twit Macron, menambahkan bahwa hutan Amazon menghasilkan 20% oksigen dunia.
Advertisement
Baca Juga
Oleh karenanya, Macron memperingatkan bahwa kelestarian hutan Amazon adalah masalah internasional, demikian seperti dikutip dari BBC, Jumat (23/8/2019).
Namun, usulan itu ditanggapi pedas oleh Presiden Brasil Jair Bolsonaro yang menuduh Macron menggunakan masalah tersebut demi "keuntungan politik".
Dia mengatakan seruan untuk membahas kebakaran di KTT G7 di Biarritz, yang tidak diikuti oleh Brasil, membangkitkan "pola pikir kolonialis yang salah tempat."
Bolsonaro mengatakan, dia terbuka untuk berdialog tentang kebakaran hutan Amazon jika "didasarkan pada data obyektif dan saling menghormati."
Simak video pilihan berikut:
Sekilas Kebakaran Hutan Amazon
Data satelit yang diterbitkan oleh National Institute for Space Research (Inpe) telah menunjukkan peningkatan 85 persen kebakaran tahun ini di seluruh Brasil, sebagian besar di wilayah Amazon.
Para ahli konservasi menyalahkan pemerintahan Presiden Bolsonaro atas krisis di Amazon, dengan mengatakan bahwa ia telah mendorong para penebang dan petani untuk membuka lahan.
Bolsonaro menuduh organisasi non-pemerintah (LSM) memulai kebakaran, tetapi mengakui dia tidak memiliki bukti untuk klaim ini. Dalam komentar pada Kamis 22 Agustus kemarin, ia mengakui bahwa petani mungkin terlibat dalam pembakaran di wilayah tersebut, menurut kantor berita Reuters.
Kelompok-kelompok lingkungan menyerukan protes di kota-kota di seluruh Brasil pada hari Jumat untuk menuntut tindakan untuk memerangi kebakaran.
Hutan hujan terbesar di dunia, Amazon adalah simpanan karbon vital yang memperlambat laju pemanasan global.
Amazon menghasilkan seperlima dari oksigen dunia dan sekitar 20 persen air tawarnya, menurut World Wide Fund for Nature (WWF).
Ini juga merupakan rumah bagi sekitar tiga juta spesies tumbuhan dan hewan, dan satu juta penduduk asli.
Advertisement