ISIS Klaim Serangan Bom Terbaru di Irak yang Tewaskan 12 Orang

Serangan bom menghantam sebuah bus yang melintas di kota suci Syiah di Karbala, Irak. ISIS mengklaim serangan tersebut.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 22 Sep 2019, 14:02 WIB
Diterbitkan 22 Sep 2019, 14:02 WIB
Kendaraan yang terbakar akibat  serangan bom yang diklaim ISIS di Karbala, Irak pada 20 September 2019 (Hadi Mizban / AP PHOTO)
Kendaraan yang terbakar akibat serangan bom yang diklaim ISIS di Karbala, Irak pada 20 September 2019 (Hadi Mizban / AP PHOTO)

Liputan6.com, Karbala - Serangan bom menghantam sebuah bus yang melintas di kota suci Syiah di Karbala, Irak --100 km dari barat daya Baghdad-- pada Jumat 20 September 2019.

Peristiwa itu menewaskan 12 orang dan lima lainnya terluka, kata dinas keamanan Irak.

Kelompok teror ISIS, yang disebut-sebut telah mengalami kekalahan teritorial di Irak sejak 2017, mengklaim serangan bom di Karbala --menurut corong media ISIS, Amaq, seperti dikutip dari Al Jazeera, Minggu (22/9/2019).

Dua juru bicara polisi Irak di lokasi ledakan mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa sebuah alat peledak yang ditanam di bus meledak di pintu masuk utara kota, membakar kendaraan.

Pemboman itu adalah salah satu serangan terburuk yang menargetkan warga sipil sejak kelompok bersenjata itu dinyatakan dikalahkan di Irak pada 2017. Namun, sel tidur (sleeper cell) kelompok itu terus melakukan serangan sporadis di seluruh negeri.

Setelah pemboman hari Jumat, pasukan Irak telah meningkatkan kehadiran mereka dan langkah-langkah keamanan di sekitar Karbala.

 

Simak video pilihan berikut:

Tersangka Telah Ditangkap, Tapi...

Mosul
Polisi Irak berjalan sambil berbicara dengan rekannya menggunakan radio saat bertempur melawan militan ISIS di barat Mosul, Irak, 16 Maret 2017. (AP Photo/Felipe Dana)

Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi pada hari Sabtu mengatakan pasukan keamanan menahan seorang pria yang diduga meninggalkan bom di dalam bus. Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang tersangka.

Tapi, ketua parlemen Irak Mohamad al-Halbousi menyatakan kekecewaannya atas "kegagalan badan intelijen" yang berulang-ulang untuk mencegah serangan semacam itu. Dia mengatakan rencana keamanan harus ditinjau dan pengumpulan intelijen ditingkatkan.

Pemboman terjadi selama periode yang jatuh antara Asyura dan Arba'in, dua acara keagamaan penting bagi Muslim Syiah.

Asyura adalah hari kesepuluh Muharram, bulan pertama kalender Islam. Untuk Syiah, itu adalah peristiwa besar yang memperingati martir Hussein, cucu Nabi Muhammad, yang meninggal pada Pertempuran Karbala pada 680 Masehi.

Sementara Arba'in menandai akhir dari masa berkabung itu. Peziarah Irak dan Syiah dari seluruh dunia mengunjungi Karbala selama tahun ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya