Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump, pada Senin 21 Oktober 2019, menuntut Partai Republik yang mengusungnya untuk "bertindak lebih keras" guna melawan upaya penyelidikan pemakzulan di DPR AS yang digawangi oleh Partai Demokrat yang beroposisi.
Trump mengatakan Demokrat "kejam" dalam upaya mereka mengungkap dugaan kesalahannya, tetapi "bersyukur kami (Republik) tetap bersatu", sebuah sindiran dari Donald Trump yang menuduh bahwa partai pengusungnya itu mengalami keretakan internal.
Advertisement
Baca Juga
"Partai Republik harus lebih keras dan berjuang," kata Trump kepada sejumlah wartawan dalam rapat kabinet di Gedung Putih Senin kemarin, seperti dikutip dari the Guardian, Selasa (22/10/2019).
"Kami memiliki beberapa yang merupakan pejuang hebat, tetapi mereka harus lebih keras dan bertarung, karena Demokrat berusaha untuk menyakiti partai Republik sebelum pemilihan (Pilpres AS 2020)," jelas Donald Trump.
Simak video pilihan berikut:
Politikus Republik Ikut Mengecam, Trump di Ujung Tanduk?
Komentar Presiden Donald Trump datang ketika beberapa politikus Republik telah menunjukkan kecenderungan untuk memakzulkan Trump dari kursi kepresidenan.
Trump mendapat kecaman tajam dari Senator Republik Mitt Romney. Dan Republikan lainnya telah menyatakan keraguan tentang kebijakan Trump, termasuk kritik dari Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell dan Senator Lindsey Graham tentang penarikan pasukan Amerika Serikat di Suriah bagian timur laut, yang mengekspos pejuang Kurdi sekutu AS ke serangan lintas-perbatasan oleh Turki.
Senat AS yang didominasi oleh Partai Republik adalah penentu apakah Trump akan dimakzulkan dari kursi kepresidenan.
Trump sendiri tentu sangat tidak menginginkan dimakzulkan, di mana ia akan maju pada Pilpres AS 2020 mendatang.
"Demokrat tidak akan mengalahkan saya dalam Pemilu tahun depan, jadi tentu saja, mereka ingin memakzulkan," jelas Trump.
Donald Trump menghadapi penyelidikan pemakzulan atas tuduhan penyalahgunaan kekuasaan. Sebagai presiden, Trump dituduh menahan anggaran bantuan AS untuk Ukraina sebagai bandul negosiasi guna menekan Kiev agar mau menyelidiki lawan politiknya pada Pilpres AS 2020, Joe Biden.
Penjabat Direktur Anggaran Gedung Putih, Russell Vought, mengatakan ia dan Michael Duffey, asisten direktur untuk program keamanan nasional di Kantor Manajemen dan Anggaran, tidak akan memberikan dokumen-dokumen yang diminta kepada komite-komite yang memimpin penyelidikan pemakzulan di DPR AS yang dipimpin Demokrat.
Duffey telah dijadwalkan untuk bersaksi di balik pintu tertutup pada Rabu 23 Oktober mendatang, ketika Demokrat memeriksa keputusan Trump untuk menahan US$ 391 juta dalam bantuan keamanan ke Ukraina sebelum dia meminta Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk menyelidiki mantan Wakil Presiden Joe Biden, seorang kandidat capres AS dari Demokrat dalam Pilpres 2020, dan putranya, Hunter Biden. Tidak ada bukti kesalahan oleh kedua Biden.
Advertisement