7 Serangan Teror di London, dari Penikaman, Bom hingga Insiden Van Mematikan

Insiden penikaman di London Bridge membuka kenangan buruk akan salah satu serangan teror terburuk dalam beberapa tahun terakhir di sana.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 30 Nov 2019, 18:35 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2019, 18:35 WIB
20170605-Sejumlah Aksi Besar Terorisme di Eropa Selama Setahun Terakhir-AP
Pada 22 Maret 2017, teror terjadi di Inggris. Seorang pria menabrakkan mobil ke arah pejalan kaki di Jembatan Westminster, London dan menewaskan 4 orang. Setelah itu, ia menabrak pagar Gedung Parlemen dan menikam seorang polisi. (AP Photo/Matt Dunham)

Liputan6.com, London - Insiden penikaman terbaru di London Bridge bak membuka luka lama. Kenangan tragis dari salah satu serangan teror terburuk dalam beberapa tahun terakhir.

Ketika itu tiga pria bersenjata mengemudi dan menabrak sejumlah pejalan kaki di jembatan London, lalu mengamuk di Borough Market di dekatnya.

Peristiwa teror semacam itu bukan kali pertama. Sudah banyak nyawa tak bersalah jadi korban.

Berikut ini sejumlah serangan mematikan di Inggris yang dianggap sebagai aksi terorisme, dikutip dari wiltshiretimes.co.uk, Sabtu (30/11/2019)

1. Teror London 2017

Khuram Butt, tersangka teror London 3 Juni 2017 (Kepolisian London)

Tiga orang menjadi pelaku teror London, Sabtu, 3 Juni 2017. Mereka menabrakkan sebuah mobil van ke arah para pejalan kaki di London.

Serangan pada 3 Juni 2017 itu menewaskan delapan orang dan 48 lainnya cedera. Penyerang, Khuram Butt, 27, Rachid Redouane, 30, dan Youssef Zaghba, 22, ditembak mati oleh polisi.

2017 adalah salah satu tahun paling berdarah untuk terorisme di Inggris dalam beberapa waktu terakhir.

1. Serangan di Jembatan Westminster Inggris

20170322-Tim Forensik Investigasi TKP Teror London-AP
Petugas forensik meneliti lokasi serangan teror Inggris di dekat gedung parlemen di London, Rabu (22/3). Sedikitnya lima orang tewas dalam serangan teror di Jembatan Westminster dan di dekat Gedung Parlemen itu. (Yui Mok/PA via AP)

Pada Rabu, 22 Maret 2017 jelang sore, teror terjadi di Inggris. Seorang pria menabrakkan mobil ke arah para pejalan kaki di Jembatan Westminster, London. Lima orang tewas dalam insiden ini.

Setelah itu, pria yang sama mengarahkan mobil ke Gedung Parlemen Inggris. Ia menabrak pagar dan menikam seorang anggota polisi.

Sehari setelah insiden teror London polisi menguak identitas pelaku. Mereka menyebut serangan tersebut dilakukan Khalid Masood.

Pria kelahiran Kent itu ditembak mati usai menikam seorang anggota polisi menggunakan pisau panjang.

Pria 52 tahun tersebut diyakini tinggal di daerah West Mindlands.

Kepolisian London mengaku, tak ada data intelijen yang bisa menjelaskan niat Masood melakukan serangan teror.

Meski namanya tak ada dalam daftar penyelidikan aparat belakangan ini, ia punya rekam jejak pelanggaran hukum pada masa lalu, termasuk menyebabkan luka berat, kepemilikan senjata yang ofensif, dan pelanggaran ketertiban umum.

Ia tercatat kali pertama berurusan dengan hukum pada November 1983 terkait kasus perusakan. Sementara, kasus terakhirnya tercatat pada Desember 2003 terkait kepemilikan senjata tajam.

 

2. Bom di Manchester Arena, Konser Ariana Grande

[Bintang] Bom di konser Ariana Grande
“Pelayanan darurat telaah menerima laporan adanya ledakan bom di Manchester Arena,” tulisnya memberikan pernyataan dan melaporkan. (APexchange/Bintang.com)

Salah satu serangan teroris paling mematikan di Inggris terjadi pada 22 Mei 2017 ketika Salman Abedi meledakkan sabuk berisi bom bunuh diri di Manchester Arena.

Serangan itu terjadi ketika kerumunan penggemar musik meninggalkan konser Ariana Grande di tempat itu, menyebabkan 22 orang, termasuk tujuh anak-anak, tewas.

Sebanyak 260 orang terluka parah.

Usai ledakan Manchester, tingkat ancaman teror di Inggris telah dinaikkan ke level tertinggi menjadi 'kritis'. Menurut Perdana Menteri Theresa May, hal tersebut berarti, terdapat kemungkinan serangan lanjutan mungkin sudah dekat.

Langkah tersebut dilakukan setelah penyidik tak dapat memutuskan apakah tersangka ledakan Manchester, Salman Abedi, bertindak sendiri atau tidak. Ini merupakan ketiga kalinya Inggris memberlakukan tingkat ancaman teror pada level kritis.

Sementara itu kelompok radikal ISIS mengklaim pihaknya yang berada di balik ledakan Manchester. Namun, hal tersebut belum dapat diverifikasi.

3. Van Tabrak Jemaah Dekat Masjid di London

20170618-Mobil Tabrak Pejalan Kaki di London Utara-AP
Petugas medis menunggu untuk memberikan bantuan usai sebuah kendaraan menabrak pejalan kaki di kawasan Finsbury Park, utara London, Senin (19/6). Polisi menyebut sebuah van menabrak kerumunan orang di dekat masjid Finsbury Park (Yui Mok/PA via AP)

Pada 19 Juni 2017, seorang pria meninggal dan beberapa lainnya terluka ketika Darren Osborne menabrakkan vannya ke arah jamaah di dekat sebuah masjid di Finsbury Park, London utara.

Osborne yang kala itu berusia 47 tahun, tanpa alamat tetap di Cardiff, dipenjara selama setidaknya 43 tahun setelah dinyatakan bersalah atas pembunuhan dan percobaan pembunuhan.

Polisi Metropolitan telah mengkonfirmasi jumlah korban akibat peristiwa itu.

"Satu orang tewas," kata polisi melalui sebuah seperti dikutip dari CNN, Senin 19/6/2017).

"Delapan orang terluka dibawa ke tiga rumah sakit terpisah, dua orang dirawat di tempat kejadian untuk luka ringan," kata polisi dalam sebuah pernyataan.

Menurut The Guardian, korban cedera akibat tabrakan van dibawa ke tiga rumah sakit yang terpisah. Sementara dua orang dirawat di tempat kejadian akibat luka ringan. Sebelumnya disebutkan, jumlah korban luka 10 orang.

Sementara itu Wali Kota London, Sadiq Khan, mengutuk serangan mengerikan yang disebutnya dilakukan oleh teroris.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis di Facebook, ia menyebutkan bahwa serangan itu "disengaja dan menargetkan warga London tak bersalah, banyak dari mereka usai beribadah di bulan suci Ramadan".

Ini adalah serangan teror keempat di Inggris dalam tiga bulan terakhir, setelah insiden teror London, Manchester dan London Bridge.

 

4. Bom di Teror Stasiun Bawah Tanah London

Video Sisa Ledakan dalam Keranjang di Kereta Bawah Tanah London
Video Sisa Ledakan dalam Keranjang di Kereta Bawah Tanah London (Metro Police London)

Lebih dari 50 orang terluka ketika sebagian perangkat meledak di stasiun bawah tanah Parsons Green, London, Inggris pada 15 September 2017.

Ledakan terjadi di dalam kereta. Sejumlah saksi mata melaporkan beberapa orang terluka bakar dan terinjak-injak.

Polisi London menyatakan insiden ini adalah serangan teroris.

Beberapa gambar yang dibagikan di media sosial memperlihatkan sebuah keranjang dengan dengan kabel terbakar dan berasap di dalam kereta antar kota.

Ahmed Hassan, 18, dipenjara setidaknya selama 34 tahun karena membuat bom.

Menurut sidang dengar di pengadilan, bom yang dibawa Hassan gagal meledak. Bom tersebut mengandung bilah pisau dan sekrup.

Menurut keterangan jaksa, Hassan bermaksud membunuh orang-orang yang tak bersalah karena tak sejalan dengan pandangan politiknya.

Seorang sumber penegak hukum Amerika Serikat mengatakan, perangkat peledak yang digunakan dalam serangan Parsons Green, London, adalah ember plastik putih dengan kain hitam di atasnya dan kabel yang menjuntai. Alat peledak itu dibawa dalam tas belanja yang tertutup rapat.

Usai ledakan terjadi di Parsons Green, Perdana Menteri Inggris Theresa May, meningkatkan level ancaman di negaranya dari parah menjadi kritis.

5. Penikaman Malam Tahun Baru 2019

Stasiun Kereta Api Manchester dijaga ketat polisi. (AFP)
Stasiun Kereta Api Manchester dijaga ketat polisi. (AFP)

Pada Malam Tahun Baru tahun lalu, pasangan berusia 50-an menderita beberapa luka tusuk setelah diserang di Stasiun Victoria di Manchester.

Mahdi Mohamud, yang juga menyerang seorang perwira polisi, dijatuhi hukuman seumur hidup dengan hukuman minimum 11 tahun setelah mengaku bersalah atas satu pelanggaran teror, dan tiga tuduhan percobaan pembunuhan sehubungan dengan serangan stasiun

7. Penikaman di Pusat Perbelanjaan Manchester

Petugas forensik polisi bekerja di kompleks perbelanjaan Arndale Centre di Manchester, Inggris. (AFP)
Petugas forensik polisi bekerja di kompleks perbelanjaan Arndale Centre di Manchester, Inggris. (AFP)

Pada Oktober tahun ini, seorang penikam membawa teror ke pusat kota Manchester setelah mengamuk melalui pusat perbelanjaan dan menyerang masyarakat.

Pria itu ditangkap setelah insiden pada 11 Oktober, yang menyebabkan tiga orang memerlukan perawatan di rumah sakit, kemudian ditahan di bawah Undang-Undang Kesehatan Mental dan polisi mengatakan ia bertindak sendiri.

Beberapa minggu setelah insiden itu, tingkat ancaman teror diturunkan. Keputusan itu kemungkinan akan ditinjau setelah insiden London Bridge terbaru.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya