Liputan6.com, Hong Kong - Ratusan pengunjuk rasa anti-pemerintah berkumpul di beberapa titik di Hong Kong pada Sabtu 15 Februari sebagai aksinya melawan rencana pemerintah yang berpotensi mengubah beberapa bangunan menjadi pusat karantina Virus Corona (COVID-19). Selain itu, mereka juga menuntut penutupan penuh perbatasan China daratan.
Baca Juga
Advertisement
Aksi protes yang meningkat di Hong Kong sejak bulan Juni atas kebijakan pemerintahnya dengan China, telah kehilangan intensitas dalam beberapa pekan terakhir lantaran adanya kepanikan terhadap virus yang membuat sebagian besar orang tetap berada di dalam rumah. Demikian seperti dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (15/2/2020).Â
Tetapi kemarahan masyarakat kemudian muncul karena penolakan Ketua Eksekutif Carrie Lam untuk benar-benar menutup perbatasan dengan China daratan. Dampaknya, beberapa staf medis juga melakukan mogok kerja dan protes skala kecil di berbagai lokasi.Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Protes Soal Tempat Karantina
Dalam unjuk rasa tersebut, ratusan orang berunjuk rasa di lingkungan utara Tai Po dan Tin Shui Wai serta di Aberdeen di pulau Hong Kong, meneriakkan "Bebaskan Hong Kong, Revolusi zaman kita" dan "Klinik Oppose pneumonia". Sebagian besar pengunjuk rasa mengenakan masker bedah dan banyak yang berpakaian serba hitam.
Beberapa bangunan di lingkungan itu telah ditetapkan sebagai lokasi karantina yang potensial.
"Pemerintah tidak mendengarkan tuntutan publik tentang penutupan perbatasan sepenuhnya, dan sekarang mereka ingin mendirikan klinik (penanggulangan) epidemi di 18 distrik. Melakukan itu seperti menciptakan lebih banyak luka daripada mencoba menghentikan pendarahan," kata seorang penduduk Tin Shui Wai, Chan Kata Mei-lin.
Tayangan televisi menunjukkan polisi dengan perlengkapan anti huru hara melakukan beberapa penangkapan dan menggunakan semprotan merica di Tin Shui Wai.
Tiga minggu yang lalu, sekelompok pengunjuk rasa membakar lobi gedung tempat tinggal yang baru dibangun di Hong Kong yang telah direncanakan oleh pihak berwenang untuk digunakan sebagai fasilitas karantina. Pengunjuk rasa mendorong pemerintah untuk meninggalkan rencana tersebut.
Â
Advertisement
Carrie Lam Tak Mau Tutup Perbatasan dengan China Sepenuhnya
Pemerintah telah menutup sebagian besar titik perbatasan dengan China dan telah membuat karantina wajib bagi siapa pun yang masuk ke kota jika mereka berada di daratan China selama 14 hari terakhir.
Namun, Carrie Lam mengatakan penutupan penuh itu "tidak pantas", "tidak praktis" dan "diskriminatif".
Lebih dari 1.500 orang di daratan China telah meninggal karena virus mirip flu, yang dapat ditularkan dari orang ke orang, sementara lebih dari 66.000 orang sejauh ini telah terinfeksi. Di Hong Kong sendiri, ada 56 kasus yang dikonfirmasi dan satu kematian.