Pakar: Virus Corona Akan Berkurang Seperti Flu Babi, Tapi Juga Bisa Lebih Jahat

Ilmuwan Singapura menyebut wabah Virus Corona baru (COVID-19) akan berkurang sendirinya. Tetapi ada catatan yang diberikan.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 18 Feb 2020, 08:02 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2020, 08:02 WIB
Mengintip Penanganan Pasien Kritis Virus Corona
Dokter memeriksa kondisi pasien kritis virus corona atau COVID-19 di Rumah Sakit Jinyintan, Wuhan, Provinsi Hubei, China, Kamis (13/2/2020). Data terbaru tanggal 14 Februari 2020 menunjukkan jumlah korban tewas akibat virus corona mendekati angka 1.500. (Chinatopix Via AP)

Liputan6.com, Singapura - Ilmuwan di Singapura menjelaskan bahwa wabah Virus Corona (COVID-19) akan perlahan memudar sendirinya. Pola ini seperti halnya wabah flu babi (H1N1) pada 2010 lalu. Namun, adanya vaksin tetap penting sebelum wabah menyebar luas.

Dr Leong Hoe Nam, spesialis penyakit menular di RS Mount Elizabeth, Singapura, berkata virus ini bisa berkurang seiring berjalannya waktu. Ia mencontohkan ancaman flu babi kini tak berbahaya seperti dulu lagi.

Dr Leong berkata butuh waktu agar COVID-19 akan bermutasi sehingga tak separah saat ini. Ia pun menjelaskan ada kecenderungan alami bagi virus untuk bermutasi seperti itu dan mengurangi bahaya virus dalam menginfeksi orang.

"COVID-19 juga akan seperti itu. Yang kita butuhkan adalah waktu agar virus itu melakukan mutasi dan virusnya akan menjadi lebih ringan," ujar Leong seperti dikutip Channel News Asia, Senin (17/2/2020).

Sebelum ada COVID-19, sudah ada beberapa jenis Virus Corona, dan salah satunya bisa menyebabkan pneumonia parah. Namun, perlahan-lahan virus-virus corona itu dapat tertangani.

Profesor Tikki Pang dari Lee Kuan Yew School of Public Policy di National University of Singapore berkata faktor-faktor yang mendukung memudarnya penyebaran Virus Corona adalah temperatur lebih hangat, kesadaran publik dan langkah pelayanan kesehatan yang lebih baik.

"Ini adalah pola sejarah dari wabah-wabah sebelumnya, dan itu terjadi karena virusnya 'kehabisan bahan bakar' dan kehabisan orang yang bisa diinfeksi akibat banyak faktor," ujar Pang.

Pang berkata ada kemungkinan COVID-19 bisa bermutasi menjadi sesuatu yang lebih berbahaya, tetapi ia berkata tidak ada bukti terjadinya hal tersebut.

"Ada kemungkinan bahwa virus itu bisa bermutasi menjadi sesuatu yang lebih 'jahat', menyebar lebih cepat, (atau menyebabkan) penyakit yang lebih parah, tetapi sejauh ini kami belum melihat terjadinya hal itu," lanjutnya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Tetap Butuh Vaksin

Ilustrasi Virus Corona 2019-nCoV (Public Domain/Centers for Disease Control and Prevention's Public Health Image)
Ilustrasi Virus Corona 2019-nCoV (Public Domain/Centers for Disease Control and Prevention's Public Health Image)

Pemerintah Singapura berkata penyebaran COVID-19 berbeda dari SARS dan lebih mirip dengan H1N1 atau inflenza. COVID-19 juga justru menular ketika gejalanya masih ringan.

"Akibat gejala-gejala ringan, kita terkadang lengah, kita lanjut keluar rumah meski kita kurang enak badan, dan begitulah virusnya menyebar," ujar Menteri Pembangunan Nasional Singapura Lawrence Wong.

Ia berkata virus ini berpotensi bisa menyebar luas seperti kasus H1N1 sehingga harus ada persiapan.

Akibat potensi penyebaran yang cepat, Professor Clarence Tam dari Saw Swee Hock School of Public Health di National University of Singapore berkata perlunya menemukan vaksin sebelum virus itu makin menyebar.

"Kekhawatirannya adalah jika usaha-usaha terkini untuk mengekang virus ternyata tidak cukup untuk memberantas penularan manusia, maka itu bisa menyebar secara cepat di seluruh dunia, menyebabkan lebih banyak pasien di RS dan kematian sebelum sebuah vaksin bisa dikembangkan atau ada penguatan imunitas yang cukup di kalangan populasi untuk mengendalikan wabah itu," ujar Prof Tam.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya