Liputan6.com, Kamboja - Bagaimana rasanya jika dipertemukan kembali dengan seseorang yang selama ini dipercaya telah tiada dalam kehidupan kita? Hal ini rupanya tengah dirasakan oleh dua saudara perempuan dari Kamboja.
Dua saudara perempuan Kamboja yang diketahui berusia 98 tahun dan 101 tahun akhirnya telah dipersatukan kembali untuk pertama kalinya dalam 47 tahun.
Melansir dari BBC, Sabtu (22/2/2020), selama berada jauh dari satu sama lain, keduanya berpikir bahwa saudara mereka telah meninggal selama pemerintahan teror Khmer Merah tahun 1970-an. Pasalnya, sekitar dua juta orang diperkirakan tewas pada rezim tersebut.
Advertisement
Tidak hanya berjumpa dengan saudara perempuannya, Bun Sen (98) juga dipertemukan kembali dengan adik laki-lakinya yang berusia 92 tahun --yang ia kira juga telah meninggal dunia.
Kedua saudari itu terakhir bertemu satu sama lain pada tahun 1973, tepatnya dua tahun sebelum komunis yang dipimpin Pol Pot menguasai Kamboja. Rezim yang dipimpin oleh Pol Pot mencoba membawa Kamboja kembali ke Abad Pertengahan, memaksa jutaan orang dari kota-kota untuk bekerja di pertanian komunal di pedesaan.
Banyak keluarga yang putus hubungan selama masa ini, anak-anak sering dipisahkan dari orangtua mereka ketika pemerintahan berusaha untuk melakukan kontrol mutlak atas negara. Bun Chea, yang suaminya juga dibunuh oleh Khmer Merah, membuatnya jadi seorang janda dengan 12 anak.
Bun Sen kehilangan suaminya di bawah pemerintahan Pol Pot yang diakhiri pada 1979. Pada akhirnya, ia menetap di dekat tempat pembuangan sampah terkenal Stung Meanchey di Ibu Kota Phnom Penh.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pertemuan yang Sangat Berarti
Untuk waktu yang lama, hari-harinya dihabiskan untuk menyaring sampah, mencari barang daur ulang untuk dijual, dan merawat anak-anak yang melarat di lingkungan sekitarnya.
LSM lokal Cambodian Children’s Fund yang telah mendukung Bun Sen sejak tahun 2004 kemudian mulai merencanakan kunjungan. Sejak saat itulah mereka menemukan bahwa saudara perempuan dan saudara laki-laki Bun Sen masih hidup dan tinggal di desa.
Setelah hampir setengah abad, Bun Sen bertemu kembali dengan kakak perempuannya Bun Chea, dan adik laki-lakinya minggu lalu. Bun Sen mengatakan, "Saya meninggalkan desa sejak lama dan tidak pernah kembali. Saya selalu berpikir saudara dan saudari saya telah meninggal.”
Ia mengatakan bahwa untuk bisa memegang kakak perempuannya sangat berarti baginya, dan ia mulai menangis ketika adik laki-lakinya menyentuh tangannya untuk pertama kali.
"Kami memiliki 13 kerabat yang terbunuh oleh Pol Pot dan kami pikir ia juga telah membunuhnya. Sudah lama sekali," katanya.
Kini, kedua saudara itu menebus waktu yang hilang. Minggu ini mereka melakukan wisata bersama untuk keliling Phnom Penh. "Kami (telah) membicarakannya," kata Bun Chea, "Tapi aku tidak pernah mengira kita akan melihatnya lagi."
Reporter: Jihan Fairuzzia
Advertisement