Presiden Afghanistan Tak Janji Bakal Lepaskan Anggota Taliban yang Jadi Tahanan

Dalam kuasanya, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani belum bersedia untuk melepaskan anggota kelompok militan Taliban yang jadi tahanan di negaranya.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 02 Mar 2020, 05:36 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2020, 05:36 WIB
Pasukan Taliban
Pasukan Taliban (AP)

Liputan6.com, Kabul - Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengatakan pemerintahnya belum berjanji untuk membebaskan tahanan Taliban, sebagaimana dinyatakan dalam kesepakatan yang dicapai oleh AS dan para militan.

Di bawah perjanjian penting yang ditandatangani pada Sabtu 29 Februari 2020 di Qatar, 5.000 anggota Taliban akan dibebaskan dengan imbalan 1.000 tahanan pemerintah pada 10 Maret.

Dilansir dari BBC, Senin (2/3/2020), Ghani mengatakan pembebasan tahanan seperti itu "tidak bisa menjadi prasyarat untuk pembicaraan", tetapi harus menjadi bagian dari negosiasi.

Kurang dari 24 jam setelah kesepakatan ditandatangani di Doha, presiden Afghanistan mengatakan kepada wartawan di Kabul: "Pengurangan kekerasan akan berlanjut dengan tujuan untuk mencapai gencatan senjata penuh."

Namun dia menambahkan: "Tidak ada komitmen untuk membebaskan 5.000 tahanan.

"Ini adalah hak dan keinginan pribadi rakyat Afghanistan. Ini bisa dimasukkan dalam agenda pembicaraan intra-Afghanistan, tetapi tidak bisa menjadi prasyarat untuk pembicaraan."

Setiap pembebasan tahanan, ia menambahkan, "tidak berada dalam otoritas AS" tetapi "dalam otoritas pemerintah Afghanistan".

Diperkirakan 10.000 Taliban yang ditangkap ditahan di Afghanistan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Perjanjian AS-Taliban

Pasukan Komando Elite Afghanistan memerangi Taliban. (AFP)
Pasukan Komando Elite Afghanistan memerangi Taliban. (AFP)

Perjanjian AS-Taliban mencakup penarikan pasukan AS secara bertahap.

Sebagai imbalannya, kelompok garis keras militan tersebut sepakat untuk mengadakan pembicaraan damai dengan pemerintah Afghanistan. Kesepakatan itu juga mengikat Taliban untuk mencegah al-Qaeda dan semua kelompok ekstremis lainnya beroperasi di wilayah yang mereka kuasai.

AS menginvasi Afghanistan beberapa minggu setelah serangan September 2001 di New York oleh al-Qaeda, yang saat itu berpusat di Afghanistan. Taliban digulingkan dari kekuasaan tetapi menjadi kekuatan pemberontak yang pada tahun 2018 aktif di lebih dari dua pertiga negara.

Lebih dari 2.400 tentara Amerika terbunuh selama konflik. Namun, sekitar 12.000 masih ditempatkan di negara Afganistan. 

AS dan sekutu-sekutu NATO-nya telah sepakat untuk menarik semua pasukan dalam waktu 14 bulan jika para militan menegakkan kesepakatan.

 

 

Waktunya Tentara AS Pulang

Presiden ke-45 Amerika Serikat, Donald Trump
Donald Trump saat mengumumkan hengkangnya AS dari Kesepakatan Paris di Gedung Putih (1/6/2017) (AP Photo/Andrew Harnik)

Presiden AS Donald Trump, yang telah berjanji untuk mengakhiri konflik Afghanistan, mengatakan pada hari Sabtu bahwa sudah waktunya untuk membawa orang-orang kita pulang.

Trump mengatakan 5.000 tentara AS akan meninggalkan Afghanistan pada Mei mendatang dan ia akan bertemu para pemimpin Taliban dalam waktu dekat.

Dia menambahkan bahwa pasukan AS telah membunuh militan di Afghanistan "oleh ribuan" dan sekarang "saatnya bagi orang lain untuk melakukan pekerjaan itu, seperti Taliban dan bisa juga negara-negara di sekitarnya".

Pada hari Minggu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan kepada berita CBS bahwa ia berharap negosiasi antara pemerintah Afghanistan dan Taliban akan dimulai dalam beberapa hari mendatang. Dia mengatakan Trump akan "secara aktif terlibat" dalam pembicaraan apa pun.

Hingga kini, hampir 3.500 anggota pasukan koalisi internasional telah tewas di Afghanistan sejak invasi tahun 2001.

Angka-angka untuk warga sipil Afghanistan, militan dan pasukan pemerintah lebih sulit untuk diukur. Dalam laporan Februari 2019, PBB mengatakan bahwa lebih dari 32.000 warga sipil telah tewas.

Institut Watson di Universitas Brown mengatakan 58.000 personel keamanan dan 42.000 pejuang oposisi tewas.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya