Pandemi Virus Corona COVID-19 Picu Belanda Lockdown, Warga Berburu Ganja

Warga Belanda mencari pangan dan ganja akibat status lockdown yang diterapkan pemerintah terkait penyebaran Virus Corona COVID-19.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 17 Mar 2020, 09:32 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2020, 09:32 WIB
Warga Belanda mengantre untuk membeli ganja akibat adanya lockdown.
Warga Belanda mengantre untuk membeli ganja akibat adanya lockdown. Dok: AFP

Liputan6.com, Amsterdam - Belanda menjadi salah satu negara Eropa yang ikut melakukan lockdown untuk mencegah penyebaran Virus Corona (COVID-19). Kebijakan ini berlaku sejak 16 Maret dan akan berlangsung hingga 6 April mendatang.

Dampak dari kebijakan ini adalah semua sekolah, bar, restoran, klub olahraga, klub malam harus tutup. Kafe ganja tidak luput dari aturan ini, alhasil para pecinta ganja rela mengantre untuk menyetok barang sebelum lockdown.

Berdasarkan laporan Dutch News, Selasa (17/3/2020), warga yang mayoritas anak muda terpantau mengantre panjang ingin membeli ganja di kafe-kafe. Untuk mengatasi itu, akhirnya pemerintah mengubah aturan.

Aturan barunya adalah kafe ganja masih boleh buka saat lockdown, namun hanya boleh untuk dibawa pulang. Hal sama berlaku bagi restoran atau gerai makanan, yakni boleh buka asalkan takeaway.

Sebelumnya, masyarakat juga sudah menyetok makanan di supermarket. Barang yang dicari adalah pasta, nasi, buah, sayuran, dan perlengkapan toilet.

Asosiasi supermarket Belanda, CBL, menegaskan bahwa panic buying tidak perlu dilakukan, sebab stok sebetulnya masih banyak. Masyarakat diminta belanja normal saja.

"Kami memiliki stok yang cukup dan pusat distribusi dan 4.000 supermarket Belanda bekerja keras untuk menyediakan stok," ujar pihak CBL yang yakin kepanikan belanja akibat lockdown segera berakhir.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Milenial Menjadi Kunci

Kasus Virus Corona di Korsel Melonjak Jadi 204 Orang
Warga yang dicurigai terinfeksi virus corona atau COVID-19 menunggu untuk mendapat pemeriksaa di pusat medis di Daegu, Korea Selatan, Kamis (20/2/2020). Wali Kota Daegu meminta warganya untuk tidak bepergian. (Lee Moo-ryul/Newsis via AP)

Generasi milenial dianggap menjadi kunci mengalahkan epidemi Virus Corona (COVID-19) karena bisa meningkatkan awareness melalui teknologi dan kreativitas. Milenial pun bisa membantu pekerja di lingkungan kesehatan lewat berbagi informasi agar masyarakat tak keluar rumah.

Pandangan itu diungkap oleh Deborah Birx yang menjabat sebagai Koordinator Respons Virus Corona di Gedung Putih.

"Mereka adalah grup inti yang akan menghentikan virus ini," ujar dokter Birx dalam konferensi pers di Gedung Putih seperti dikutip Selasa (17/3/2020).

Birx menyebut generasi milenial sebagai "kunci" karena generasi milenial sekarang adalah yang terbesar serta paling sering beraktivitas. Dia lantas mengapresiasi milenial yang memilih menggunakan teknologi untuk urusan komunikasi, sebab saat ini penting bagi masyarakat untuk karantina.

Birx turut mengakui bahwa milenial bisa membantu tenaga kesehatan dengan menyebarkan pesan dengan tepat sasaran.

"Pekerja kesehatan masyarakat seperti saya tidak selalu bisa membuat pesan yang seru dan menggugah yang menarik bagi orang berusia 25 sampai 35 tahun. Tetapi, milenial bisa berbicara dengan satu sama lain mengenai betapa pentingnya untuk melindungi masyarakat saat ini," jelas Deborah Birx.

Pesan yang Birx tekankan adalah pentingnya bagi masyarakat untuk tetap di rumah, sebab Virus Corona bisa menular meski tak ada gejala. Apabila ada orang yang keluarganya positif kena Virus Corona, Birx turut meminta agar anggota keluarganya sadar untuk karantina di rumah.

Birx yakin melonjaknya Virus Corona bisa dijinakan melalui langkah karantina diri. Ini terutama penting bagi lansia yang rentan terhadap Virus Corona.

"Bagi populasi lansia dan mereka yang punya penyakit sebelumnya, semua orang di rumah itu harus fokus melindungi mereka," tegas Birx.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya