Pandemi Corona COVID-19 Picu Dukungan Penutupan Pasar Hewan Liar Asia Tenggara

Pandemi Virus Corona COVID-19 yang diduga berasal dari pasar hewan liar di Wuhan memunculkan dukungan dari banyak pihak untuk menutup seluruh pasar serupa di wilayah Asia Tenggara.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 07 Apr 2020, 15:25 WIB
Diterbitkan 07 Apr 2020, 15:25 WIB
Pasar Ekstrem di Tomohon, Dicaci Tapi Dicari
Paniki di pasar ekstrem Tomohon. (Liputan6.com/Yoseph Ikanubun)

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Virus Corona COVID-19 telah menghasilkan dukungan luar biasa terkait penutupan pasar yang menjual satwa liar ilegal di wilayah Asia Tenggara. Meskipun World Wildlife Fund mengatakan dalam jajak pendapat publik bahwa pasar seperti itu menjadi pusat perdagangan multi-miliar dolar.

Sekitar 93 persen dari sekitar 5.000 orang yang disurvei oleh WWF pada bulan Maret di tiga negara Asia Tenggara serta Hong Kong dan Jepang mengatakan pasar yang tidak diatur yang menjual satwa liar harus ditutup untuk menangkal pandemi di masa depan. Demikian seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Selasa (7/4/2020). 

Para ilmuwan percaya bahwa virus yang telah menyebar luas di seluruh dunia ini berasal dari pasar satwa liar, dan kemungkinan di kota Wuhan di China, di mana kelelawar, trenggiling, dan hewan lain yang diketahui membawa Virus Corona jenis baru. 

"Ini bukan lagi masalah satwa liar. Ini adalah masalah keamanan global, kesehatan manusia, dan ekonomi," kata Christy Williams, Direktur Asia Pasifik WWF, dalam konferensi pers, yang memberikan hasil survei.

Dukungan untuk tindakan keras terhadap pasar adalah yang terkuat di Myanmar, di mana satwa liar telah bertahun-tahun diperdagangkan secara terbuka di daerah otonom yang berbatasan dengan China, sementara sepertiga responden di Vietnam mengatakan krisis telah mendorong mereka untuk berhenti mengonsumsi produk-produk satwa liar.

"COVID adalah panggilan untuk membangunkan," Grace Hwa, Manajer Program Perdagangan Satwa Liar Ilegal di WWF Myanmar, mengatakan dalam sebuah pernyataan. "Perdagangan satwa liar yang tak terkendali merajalela bukan hanya risiko bagi kesehatan dan ekonomi, tetapi juga bagi seluruh stabilitas kawasan."

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Regulasi Konsumsi Satwa Liar

Syarat Supermarket di Manado Bisa Jual Daging Ular Piton
Daging ular piton yang dijual bebas di Pasar Tomohon. (Liputan6.com/Yoseph Ikanubun)

Setelah pandemi yang dimulai di Wuhan dan sejak itu meluas ke seluruh dunia, China memberlakukan larangan terhadap semua pertanian dan konsumsi satwa liar, tetapi tidak mencakup perdagangan hewan sebagai hewan peliharaan, dan untuk pengobatan tradisional.

Perdana menteri Vietnam telah memerintahkan kementerian pertanian untuk menyusun arahan serupa, yang melarang perdagangan dan konsumsi satwa liar.

Jeremy Douglas, perwakilan Asia Tenggara dan Pasifik untuk kantor PBB urusan narkoba dan kejahatan, mengatakan beberapa perdagangan telah dilakukan secara rahasia.

"Saya benar-benar prihatin dengan daerah-daerah khusus," katanya melalui telepon, merujuk pada zona otonom di perbatasan Myanmar-China yang dikendalikan oleh kelompok-kelompok bersenjata etnis yang telah lama menjadi pusat perdagangan satwa liar.

Dua warga Mong La, kota perbatasan yang dikenal sebagai sarang penyelundupan, mengatakan melalui telepon bahwa pasar tetap buka tetapi toko-toko satwa liar tutup.

"Itu karena rute mobil ditutup sehingga rute perdagangan tidak dapat dilakukan," kata Ye Min Tun, seorang pekerja konstruksi berusia 29 tahun.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya