Liputan6.com, Pyongyang - "Kim Jong-un sakit, Kim Jong-un meninggal dunia."
Itu adalah pemberitaan yang tengah ramai di perbincangkan oleh masyarakat dan media di seluruh dunia.
Kim menghilang. Keberadaannya tak terpantau sejak pertengahan April kemarin.
Advertisement
Kecurigaan publik muncul saat ia tak hadir dalam hari besar Korea Utara yang jatuh pada tanggal 15 April 2020 (hari jadi bapak pendiri bangsa yang merupakan kakeknya sendiri).
Baca Juga
Sebenarnya, isu kematian Kim Jong-un bukan kali pertama ini terjadi. Empat tahun silam rumor itu pernah terdengar.
Pemimpin Partai Pekerja sekaligus 'Supreme Leader' Republik Demokratik Korut (DPRK) disebut-sebut tewas dalam sebuah ledakan di Pyongyang.
Namun, informasi tersebut ternyata kabar bohong belaka alias hoax.
Sebelumnya, kabar tersebut disebarkan oleh situs East Asia Tribune. Artikel berjudul 'North Korean Leader Kim Jong-un Dead After Apparent Suicide Attack' mengabarkan bahwa Kim Jong-un meninggal dunia pada Kamis 16 Juni 2016 sekitar pukul 14.00 di Distrik Potonggang, Pyongyang.
Kala itu, Kim konon sedang menghadiri peresmian bank anyar di tepian Sungai Potong. Tiba-tiba seorang perempuan menerabas barikade dan berlari cepat ke arahnya.
Para pengawal Kim sempat mengeluarkan senjata, namun terlambat, pelaku terlanjur meledakkan dirinya sendiri -- dari bahan peledak yang melilit pinggangnya.
Akibat dari ledakan tersebut, Kim Jong-un dikabarkan mengalami luka parah dan dinyatakan meninggal dunia setibanya di rumah sakit. Adiknya, Kim Yo-jung kemudian didaulat jadi penggantinya.
Â
Simak video pilihan berikut:
Bantahan
Tak ada konfirmasi dari pihak Korea Utara tentang kabar tersebut. Sementara, Kementerian Pertahanan Korea Selatan membantah informasi itu.
"Sejauh yang kami ketahui, kabar itu tidak benar," kata juru bicara kementerian dalam konferensi pers, seperti dikutip dari Korea Times.
"Aparat intelijen yakin, rumor tersebut memiliki kredibilitas yang rendah."
Saat ditanya apakah Kim Jong-un masih hidup, sang juru bicara menjawab, "Kami rasa demikian."
Sementara itu, pejabat Kementerian Unifikasi mengatakan, kredibilitas media yang menyebarkan kabar tersebut, East Asia Tribune dipertanyakan.
Seperti dipantau oleh pihak Korsel, stasiun televisi Korut Korean Central TV (KCTV) sama sekali tak memberitakan kabar tersebut.
Advertisement