Liputan6.com, Perth - Semburat cahaya biru terlihat melintasi langit Australia pada 15 Juni 2020 lalu. Benda yang diduga dari ruang angkasa itu membingungkan komunitas astronomi.
Bola api biru terlihat pukul 01.00 pagi waktu setempat pada 15 Juni, menurut ABC News Pilbara.
Baca Juga
"Itu benar-benar pengamatan yang spektakuler," Glen Nagle, manajer pendidikan dan penjangkauan di stasiun pelacakan CSIRO-NASA di Canberra, mengatakan kepada kantor berita ABC News.
Advertisement
Penampakan dilaporkan di seluruh wilayah Pilbara yang terpencil serta di Wilayah Utara negara itu dan di Australia Selatan, kata Nagle.
Banyak pengamat menangkap fenomena itu di video. Bola api itu terus melintasi langit. Pada awalnya, tampak oranye atau kuning, dengan ekor pendek megikuti di belakangnya. Setelah beberapa detik, sebagian besar bola api menyala biru.
Para ilmuwan tidak yakin benda apa yang terbakar di atmosfer untuk menciptakan pertunjukan cahaya yang cemerlang, menurut ABC News.
Beberapa astronom amatir berspekulasi bahwa benda itu bisa jadi puing buatan manusia, mungkin dari peluncuran roket baru-baru ini.
"Tapi itu tampaknya tidak mungkin," Renae Sayers, seorang duta besar penelitian di Pusat Sains dan Teknologi Antariksa Curtin University, mengatakan kepada ABC News yang juga dikutip dari Live Science, Jumat (19/6/2020).
Ketika ada "sampah" atau benda asing dari ruang angkasa masuk ke atmosfer Bumi, umumnya akan terlihat percikan, "apa yang cenderung disaksikan kebanyakan orang adalah semacam suara dan percikan," ujar Sayers.
"Ini karena benda yang terbakar (ketika memasuki atmosfer) - jadi kamu punya panel surya dan di sana ada banyak logam yang bergerak di sekitarnya."
Saksikan Juga Video Ini:
Adanya Kebakaran
Bola api yang ada di atas Pilbara dilaporkan meluncur dengan sangat cepat, membuatnya menyerupai objek dari ruang angkasa yang alami (misalnya meteor). Warna biru, itu disebabkan karena obyek memiliki kandungan logam yang tinggi, menurut Nagle.
Berdasarkan data Museum Sejarah Alam di Inggris, banyak meteroit sendiri juga mengandung zat besi yang tinggi, beberapa merupakan asteroid zaman purba atau kuno.
Sayers mengatakan bahwa bola api itu tampak mirip dengan meteor spektakuler lain yang terlihat di Australia pada tahun 2017. Saat bola api 2017 itu melesat di langit, alih-alih mengenai tanah atau terbakar di atmosfer, bola api itu memantul kembali ke angkasa.
Bola api 15 Juni tu mungkin merupakan hal serupa lainnya, kata Sayers kepada ABC News.
Meteor yang cukup terang untuk digolongkan sebagai bola api jarang terjadi, tetapi sering ditemukan batu ruang angkasa.
Menurut NASA, sekitar 48,5 ton (44.000 kilogram) bahan meteor jatuh di Bumi setiap hari. Sebagian besar batuan luar angkasa hancur sepenuhnya atau seukuran kerikil pada saat mereka menembus atmosfer Bumi.
Kadang-kadang, salah satunya memasuki Bumi dengan cara yang benar-benar spektakuler: Pada bulan Februari 2013, sebuah meteor yang kemudian dikenal sebagai meteor Chelyabinsk memasuki atmosfer di atas Rusia dan meledak dalam ledakan angkasa luar terbesar sejak ledakan Tunguska tahun 1908. Ledakan itu membuat jendela di gedung-gedung di enam kota berbeda rusak karena diledakan oleh meteor tersebut.
Reporter: Yohana Belinda
Advertisement