Perjuangan Kota Miskin di AS Melawan Pandemi Virus Corona COVID-19

Kota miskin di AS juga kesulitan melawan pandemi COVID-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Agu 2020, 20:25 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2020, 20:25 WIB
Donald Trump Pakai Masker
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengenakan masker saat menyusuri lorong dalam kunjungannya ke Pusat Kesehatan Militer Nasional Walter Reed di Bethesda, Maryland, Sabtu (11/7/2020). Trump memakai masker untuk pertama kalinya di depan umum selama pandemi COVID-19. (AP Photo/Patrick Semansky)

Liputan6.com, Dallas - Dampak ekonomi akibat Virus Corona COVID-19 terasa di seluruh dunia. Beberapa pemerintah ada yang bisa bersiap, meski tak sedikit yang kesulitan. 

Ada bisnis yang terdampak berat hingga tutup, namun ada juga bisnis yang berkembang seperti usaha karangan bunga untuk pemakaman. 

"Sekarang sudah jam 7 malam dan kami harus mengantarkan karangan bunga untuk pemakaman besok, dan ini menambah bisnis kami, tetapi ini bukanlah sesuatu yang harus disyukuri," ujar pebisnis Veronica Gonzales, seperti dilansir VOA Indonesia, Rabu (12/8/2020). 

Gonzales tinggal di perbatasan Texas, tepatnya di kota Roma yang berpopulasi kurang dari 12.000 orang. "Kami berbatasan dengan kota Miguel Aleman, Meksiko. Jaraknya sekitar 3 blok dari sini."

Roma dan lingkungan sekitarnya di Kabupaten Starr terdampak parah oleh perebakan COVID-19. Akan tetapi, kondisinya berbeda dengan banyak kabupaten lainnya di Texas. Starr, yang merupakan salah satu kabupaten termiskin di Texas, memiliki populasi yang mayoritasnya warga Latin.

Seringkali karena terpaksa, keluarga besar tinggal di bawah satu atap yang sama. Kawasan tersebut juga merupakah salah satu daerah dengan tingkat diabetes dan obesitas tertinggi di Texas, sehingga siapapun yang terinfeksi COVID-19 berisiko tinggi mengalami komplikasi.

Selama dua bulan pertama karantina wilayah di Amerika, Kabupaten Starr hampir tidak memiliki kasus infeksi COVID-19, kata Dr. Jose Vasquez, otorita kesehatan kabupaten setempat.

"Sehari-harinya, kami mendapati satu hingga tiga kasus. Ada satu waktu, dari pertengahan April hingga Mei, ketika kami selama 21 hari berturut-turut tidak memiliki satu pun kasus positif di Kabupaten Starr."

"Pada beberapa bulan pertama kami baik-baik saja. Saya rasa wabah ini baru saja meledak sekarang," imbuh Gonzales.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Ekonomi Kembali Dibuka dan Risiko Datang

Warga AS Unjuk Rasa Tuntut 'Stay at Home' Dicabut
Pengunjuk rasa berdemonstrasi menentang penanganan Texas terhadap pandemi COVID-19 di Texas State Capitol di Austin, Texas, Sabtu (18/4/2020). Mereka menentang perintah tinggal di rumah yang ditujukan mencegah penyebaran COVID-19 dan berkumpul untuk memprotes peraturan lockdown. (AP/Eric Gay)

di akhir April, Texas mulai membuka kembali aktivitas perekonomiannya. Hal itu, diikuti dengan dua hari libur dan Hari Ayah, menyebabkan lonjakan kasus COVID-19 di Kabupaten Starr. Dr. Vasquez mengatakan, “Kami tentu menyadari di mana peningkatan jumlah kasus secara signifikan terjadi. Semua (itu di) acara reuni keluarga, barbekyu luar ruangan, pesta kolam renang.”

Dengan hanya satu rumah sakit dan kurang dari dua dokter untuk setiap 10 ribu warga, sistem penanganan kesehatan di Kabupaten Starr sangat kewalahan.

Pada satu titik, di bulan Juli, pejabat tinggi kabupaten setempat mengumumkan pada laman Facebooknya bahwa para dokter pada akhirnya harus memutuskan siapa yang dirawat, dan siapa yang harus pulang tanpa pertolongan.

Dr. Vasquez mengatakan bahwa hal itu tidak akan terjadi. Pemerintah negara bagian dan federal akhirnya ikut membantu. Angkatan Laut mengirimkan dua tim medisnya. Rumah sakit veteran di San Antonio – kota terbesar kedua di Texas – juga menerima pasien dari Kabupaten Starr. 

Lebih dari 20 warga Kabupaten Starr meninggal dunia akibat COVID-19. Namun, angka sebenarnya lebih tinggi karena adanya keterlambatan pencatatan dokumen, kata Vasquez. “Sekarang, sayangnya, kita melihat lebih dari satu kasus kematian dalam suatu keluarga.”

Yang semakin memperberat beban rumah sakit Starr County Memorial adalah kedatangan pasien COVID-19 dari Meksiko.

“Bagi kami, setiap pasien sama pentingnya. Bagi kami, setiap nyawa pasien sama berharganya dengan yang lain.”

Veronica Gonzales pun mengungkapkan perasaannya, “Ini pengalaman yang sungguh berat.”

Veronica pun ikut berperan meringankan beban dan duka yang dirasakan mereka yang kehilangan orang-orang tercinta. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya