Maju-Mundur Sebagai PM Jepang, Ini 5 Fakta Sosok Shinzo Abe

Pada 17 Agustus lalu, Shinzo Abe datang ke RS Universitas Keio di Tokyo pada pukul 10.30 pagi. Orang dekatnya menyebut ia hanya melakukan pemeriksaan rutin.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 28 Agu 2020, 14:06 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2020, 14:04 WIB
Bom Atom Hiroshima
PM Jepang Shinzo Abe usai memimpin peringatan serangan bom atom di Hiroshima Peace Memorial Park, pusat kota Hiroshima, Selasa (5/8/2019). Pemerintah Jepang menggelar peringatan jatuhnya bom atom di Kota Hiroshoma 74 tahun lalu yang menandai berakhirnya Perang Dunia (PD) II. (Kyodo News via AP)

Liputan6.com, Tokyo - Shinzo Abe dipastikan akan mundur dari jabatannya sebagai perdana menteri Jepang. Belum jelas apa alasannya.

Namun yang pasti, isu yang paling kuat berhembus adalah kondisi kesehatan yang membuatnya harus mundur dari kursi perdana menteri.

Mengingat, dalam beberapa waktu terakhir ia dilaporkan kembali jatuh sakit dan bolak-balik ke rumah sakit akibat kondisi kesehatannya.

Dilansir Kyodo, pada 17 Agustus lalu Abe datang ke RS Universitas Keio di Tokyo pada pukul 10.30 pagi. Orang dekat Abe menyebut ia hanya melakukan pemeriksaan rutin.

Majalah mingguan Jepang sempat melaporkan bahwa PM Abe muntah darah. Pejabat top pemerintah Jepang kala itu membantah kesehatan PM Shinzo Abe memburuk.

Seperti dikutip dari berbagai sumber, berikut profil sosok PM Jepang Shinzo Abe yang akhirnya kembali mundur dari jabatannya:

1. Politikus Terkemuka Sebelum Menjabat sebagai PM Jepang

Presiden Korea Selatan (kiri) berjabat tangan dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe (kanan) di KTT G-20 tahun 2019 (AFP/Kim Kyung-Hoon)
Presiden Korea Selatan (kiri) berjabat tangan dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe (kanan) di KTT G-20 tahun 2019 (AFP/Kim Kyung-Hoon)

Shinzo Abe lahir pada 21 September 1954 di Tokyo, Jepang. Ia menjabat dua kali sebagai perdana menteri Negeri Sakura pada tahun 2006–2007 dan 2012 hingga saat ini.

Abe adalah anggota keluarga politikus terkemuka. Kakeknya Kishi Nobusuke menjabat sebagai perdana menteri Jepang dari 1957 hingga 1960.

Paman buyutnya Sato Eisaku memegang jabatan yang sama dari 1964 hingga 1972, demikian dikutip dari laman Britannica.

Setelah lulus dari Universitas Seikei di Tokyo (1977), Abe pindah ke Amerika Serikat, di mana dia belajar ilmu politik di University of Southern California, Los Angeles.

Pada 1979 dia kembali ke Jepang dan bergabung dengan Kōbe Steel, Ltd. Dia kemudian aktif di Partai Liberal-Demokratik (LDP), dan pada 1982 dia mulai bekerja sebagai sekretaris ayahnya, Abe Shintaro, yang merupakan menteri luar negeri Jepang.

2. Perdana Menteri Jepang yang Lahir Setelah Perang Dunia II

Presiden Jokowi dan Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe
Presiden Jokowi dan Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe. (Biro Pers Kepresidenan)

Pada tahun 2003 ia diangkat sebagai sekretaris jenderal LDP. Karena batasan masa jabatan LDP, perdana menteri dan pemimpin LDP Koizumi Junichiro terpaksa meninggalkan jabatannya pada tahun 2006, dan dia digantikan di kedua pos tersebut oleh Abe.

Abe menjadi perdana menteri pertama negara yang lahir setelah Perang Dunia II dan yang termuda sejak perang.

Sebagai seorang konservatif, Abe berusaha memperkuat hubungan dengan Amerika Serikat dan mengejar kebijakan luar negeri yang lebih tegas.

Abe mendukung sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa terhadap Korea Utara setelah uji coba nuklir negara itu dan memberlakukan serangkaian sanksi sepihak terhadap Korea Utara yang mencakup larangan semua kunjungan ke pelabuhan Jepang oleh kapal-kapal Korea Utara.

Dia juga berjanji untuk merevisi konstitusi pasca-perang negara, yang menempatkan pembatasan ketat pada militernya. Dalam urusan dalam negeri, Abe berjanji untuk menopang sistem pensiun dan asuransi kesehatan negara.

 

3. Terpilih Jadi Perdana Menteri dan Mundur karena Sakit

PM Jepang Shinzo Abe saat konferensi pers bersama Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih (7/6) (AFP PHOTO)
PM Jepang Shinzo Abe saat konferensi pers bersama Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih (7/6) (AFP PHOTO)

Shinzo Abe pernah mengundurkan diri lantaran kolitis ulserativa kronisnya yang menimpanya pada tahun 2007.

Kondisi ini ia alami sekitar 13 bulan setelah masa jabatan pertamanya dan membuat ia harus kehilangan posisi itu.

Kolitis ulserativa adalah penyakit radang usus kronis yang menyebabkan peradangan di saluran pencernaan.

 

4. Terpilih Kembali Jadi PM Jepang Tahun 2012

KTT ke-14 Asia Timur
Presiden Jokowi berbincang bersama PM Jepang Shinzo Abe di KTT ke-14 Asia Timur di Bangkok, Thailand, Senin (4/11/2019). (Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden)

Pada Desember 2012, parlemen Jepang secara resmi memilih Shinzo Abe sebagai perdana menteri sekaligus mengakhiri jeda tiga tahun dari beberapa dekade pemerintahan yang hampir konstan oleh Partai Demokrat Liberal yang konservatif.

Kemenangan tersebut menempatkan Abe (kala itu 58 tahun) yang juga mantan perdana menteri dan seorang nasionalis yang blak-blakan, pada sejumlah permasalahan di Jepang.

Seperti kemerosotan industri dan tantangan dari China. Pergantian perdana menteri adalah yang ketujuh dalam enam tahun.

Abe memenangkan dukungan dari 328 anggota majelis dari total 480 kursi. Total itu termasuk suara dari mitra koalisi Liberal Demokrat.

 

5. PM Pertama yang Bertemu Donald Trump

PM Jepang Shinzo Abe jelang konferensi pers bersama Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih (7/6) (AFP PHOTO)
PM Jepang Shinzo Abe jelang konferensi pers bersama Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih (7/6) (AFP PHOTO)

Shinzo Abe adalah pemimpin asing pertama yang bertemu dengan Presiden AS Donald Trump di Trump Tower. Dia juga pemimpin asing pertama yang mengunjungi AS untuk serangkaian pertemuan beberapa hari setelah Trump jadi presiden.

Abe juga menjadi Perdana Menteri Jepang pertama yang mengunjungi tugu peringatan USS Arizona, sebuah kapal perang yang menewaskan 1.177 Marinir dan pelaut AS dalam serangan di Pearl Harbor pada tahun 1941.

Namun, dia adalah perdana menteri keempat yang mengunjungi Pearl Harbor. Pada 2015, Abe mengakui kerusakan yang terjadi dalam Perang Dunia II tetapi mengatakan generasi Jepang masa depan tidak perlu terus meminta maaf.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya