Liputan6.com, Washington, D.C. - Presiden Amerika Serikat Donald Trump ogah melakukan lockdown di negaranya. Argumen yang digunakan Trump adalah orang bisa depresi bahkan bunuh diri jika kehilangan pekerjaan.
Posisi Trump berseberangan dari calon presiden Joe Biden yang mengaku siap kembali melakukan shutdown di AS apabila mendapat masukan dari ilmuwan.
Advertisement
Baca Juga
"Ketika kamu melakukan penutupan, maka ada masalah di sisi lain, tak hanya dari virusnya. Kamu akan mendapat masalah besar dari bunuh diri dengan hilangnya pekerjaan serta sejenisnya," ujar Presiden Donald Trump dalam konferensi pers, seperti dikutip Selasa (8/9/2020).
Trump melanjutkan dengan mengaitkan lockdown dengan narkoba.
"Kamu lihat saja. Depresi adalah masalah besar. Dan yang terjadi adalah mereka menyalahgunakan narkoba, alkohol, dan obat-obatan. Jadi kita tak bisa melakukan itu," ujar Trump.
Amerika Serikat pernah menerapkan semacam lockdown pada Maret lalu. Kebijakan tersebut berdampak ke ekonomi dan pengangguran meroket tinggi hingga 14,7 persen.
Donald Trump berkata dalam tiga bulan terakhir ekonomi di AS mulai pulih. Tingkat pengangguran pada Agustus lalu dilaporkan sudah turun hingga 8,4 persen. Ia juga menjanjikan bahwa vaksin akan segera ditemukan.
"Di bawah kepemimpinan saya, kita akan memproduksi vaksin dalam waktu yang memecahkan rekor," kata Trump.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Raja Salman Tertarik Vaksin Virus Corona COVID-19 Buatan Rusia
Sementara itu, Raja Salman dari Arab Saudi tertarik dengan perkembangan vaksin Virus Corona (COVID-19) buatan Rusia. Raja Salman dan Presiden Rusia Vladimir Putin telah membahas vaksin tersebut dalam perbincangan telepon.
Dilaporkan Arab News, Rusia sedang bekerja dengan Arab Saudi untuk meregistrasi vaksin Sputnik-V. Kedua negara juga menyiapkan tes klinis berskala luas terhadap manusia.
Vaksin COVID-19 dari Rusia baru-baru ini mendapat tinjauan bagus dari jurnal sains The Lancet. Tak ada efek samping serius dari vaksin tersebut.
Kerajaan Arab Saudi juga telah berkomunikasi dengan Gamaleya Institute yang mengembangkan vaksin Sputnik-V. Arab Saudi akan menjadi satu dari lima negara tempat uji klinik Fase 3 vaksin ini.
Negara lain yang akan menguji klinis vaksin Rusia adalah Uni Emirat Arab dan Filipina. Vaksin ini tentunya juga akan diuji klinis di Rusia.
Berdasarkan data Johns Hopkins University, total kasus COVID-19 di Rusia sudah mencapai 1 juta orang. Sementara, Arab Saudi telah mencatat 321 ribu kasus.
Arab Saudi sebelumnya juga telah bekerja sama dengan perusahaan CanSino asal China untuk mengembangkan vaksin.
Selain vaksin COVID-19, Raja Salman dan Presiden Putin membahas sektor energi dan pasar minyak dunia. Ajang G20 juga menjadi pembahasan.
G20 2020 akan diadakan di Riyadh pada awal Desember mendatang. Pemerintah Arab Saudi optimistis pertemuan tingkat tinggi itu terus berjalan meski ada pandemi COVID-19.
Advertisement