Dokter di Singapura Kembangkan Robot Swab Test COVID-19, Prosesnya Hanya 20 Detik

Singapura telah mengembangkan Robot yang berfungsi untuk melakukan Swab Test dengan waktu yang sangat singkat yakni hanya 20 detik.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Sep 2020, 09:35 WIB
Diterbitkan 22 Sep 2020, 09:35 WIB
Ilustrasi Robot
Ilustrasi Robot (iStockPhoto)

Liputan6.com, Singapura Para dokter di Singapura mengembangkan robot yang bisa melakukan swab test untuk mendiagnosis Virus Corona COVID-19. Robot tersebut dinilai telah menggunakan prosedur otomatis yang aman, lebih cepat, dan nyaman bila dibandingkan dengan swab test manual.

Para dokter mengklaim alat tersebut merupakan robot yang paling aman dibandingkan dengan kompetitor dari negara lainnya. Keunggulan dari robot ini yaitu pasien dapat dengan mudah mengaktifkan atau mematikan mesin sesuka hati.

Mengutip straitstimes.com, Selasa (22/9/2020), robot ini bekerja dengan memegang dan mengunci bagian hidung. Kemudian pasien dapat menggunakan dagunya untuk menekan tombol sehingga mesin usap akan bekerja secara otomatis dan lembut untuk melakukan pengecekan. 

Robot swab test ini dilengkapi dengan fitur built-in, di mana pasien dapat memindahkan alat usap ketika mereka tidak nyaman. Pasien juga dapat menghentikan proses dengan cara menjauhkan kepala dari robot.

Proses swab test ini juga hanya memerlukan waktu 20 detik. Sedangkan, swab test manual dapat memakan waktu dua kali lebih lama. 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Kurangi Risiko Penularan

Banner Infografis Waspada Mutasi Virus Corona D614G dan Q677H. (Liputan6.com/Abdillah)
Banner Infografis Waspada Mutasi Virus Corona D614G dan Q677H. (Liputan6.com/Abdillah)

Mesin yang berukuran 35x40 cm dan tinggi 49 cm ini dikembangkan oleh dokter dari National Cancer Centre Singapore (NCCS) dan Singapore General Hospital (SGH), bekerja sama dengan perusahaan robotika medis Biobot Surgical.

Tim itu mengatakan, robot tersebut dapat mengatasi keterbatasan dan risiko swabbing manual. Ini mengurangi risiko swabber tertular virus dan kebutuhan untuk melatih orang, membakukan konsistensi swab yang diambil, dan meningkatkan efisiensi melakukan tes swab.

"Tim kami merasa bahwa kami harus menemukan cara yang lebih baik untuk swab pasien untuk mengurangi risiko paparan COVID-19 kepada petugas kesehatan kami, terutama ketika pasien bersin atau batuk selama proses swab," kata peneliti utama Rena Dharmawan, konsultan asosiasi, bedah kepala dan leher di Divisi Bedah dan Onkologi Bedah NCCS.

Selain itu, testimoni yang diberikan oleh sukarelawan Robot swab test tersebut berupa tanggapan positif.

"Saya merasa robot lebih nyaman karena saya dapat menyalakannya kapan pun saya siap. Jadi semuanya ada dalam kendali saya. Saya lebih khawatir swab test manual," ujar Marco Lizwan, relawan berusia 25 tahun.

 

Reporter: Ruben Irwandi

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya