Liputan6.com, Washington - Badan Antariksa Amerika Serikat atau NASA menguraikan rencana untuk mengirim astronot wanita pertama ke Bulan pada tahun 2024.
Dikutip dari BBC, Selasa (22/9/2020), (NASA) telah secara resmi menguraikan rencana senilai US$ 28 miliar (Rp 418 T) untuk kembali ke Bulan pada tahun 2024. Program ini disebut NASA sebagai misi Artemis.
"US$ 28 miliar akan mewakili biaya yang terkait untuk empat tahun ke depan dalam program Artemis untuk mendarat di Bulan. Pendanaan SLS, pendanaan Orion, sistem pendaratan manusia, dan tentu saja pakaian antariksa. Semua hal yang merupakan bagian dari program Artemis disertakan," imbuh Jim Bridenstine, administrator NASA, seperti dikutip dari BBC, Minggu (27/9/2020).
Advertisement
Namun, jadwal program tersebut masih bergantung pada hasil kongres yang mengelurkan US$ 3,2 miliar (Rp 47 T) dalam rangka membangun sistem pendaratan.
"Permintaan anggaran yang kami miliki di DPR dan Senat saat ini termasuk US$ 3,2 miliar untuk tahun 2021 untuk sistem pendaratan manusia. Sangat penting bagi kami untuk mendapatkan US$ 3,2 miliar itu," imbuh Bridenstine.
Program Artemis ini akan menyertakan seorang pria dan seorang wanita untuk pergi ke permukaan Bulan. Kedua astronot tersebut nantinya akan melakukan perjalanan menggunakan kapsul mirip Apollo, yang bernama Orion. Orion akan diluncurkan dengan roket kuat bernama SLS.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Membutuhkan Lebih Banyak Dana
Dewan Perwakilan Rakyat AS telah mengeluarkan undang-undang yang mengalokasikan US$ 600 juta (Rp 8,9 T) untuk pendarat ke bulan. Tetapi NASA akan membutuhkan lebih banyak dana untuk mengembangkan kendaraan secara penuh.
"Saya ingin menjelaskan, kami sangat berterima kasih kepada Dewan Perwakilan Rakyat, bahwa mereka telah menganggap sistem pendaratan manusia sebagai hal yang penting, maka dari itu mereka akan memberi US$ 600 juta. Namun kami masih membutuhkan US$ 3,2 miliar," imbuh Brindenstine.
Pada Juli 2019, Bridenstine mengatakan bahwa astronaut wanita pertama akan pergi ke Bulan pada tahun 2024. Ia adalah seseorang yang telah teruji, seseorang yang telah melaksanakan misi terbang, dan seseorang yang telah berada di Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Saat itu, ada 12 astronaut wanita yang aktif. Mereka telah bergabung dengan lima astronaut NASA perempuan lainnya yang lulus dari pelatihan awal tahun ini. Tetapi masih belum jelas apakah ada astronaut terbaru yang dapat memenuhi kriteria pada waktunya untuk terbang dalam misi pendaratan pertama pada tahun 2024.
Advertisement
Kapan NASA akan Memilih Anggota Awak Artemis
Saat ditanya tentang jadwal untuk memilih anggota awak untuk Artemis, kepala Bridenstine mengatakan dia berharap untuk memilih tim setidaknya dua tahun sebelum misi pertama.
Rencana ingin mengirim astronaut kembali ke Bulan didasarkan karena Gedung Putih ingin memperbarui kepemimpinan Amerika di luar angkasa. Ada juga rencana untuk mengekstraksi deposit es air yang berharga dari Kutub Selatan Bulan. Kegiatan itu dapat digunakan untuk membuat bahan bakar roket di Bulan, dengan biaya lebih rendah daripada membawanya dari Bumi.
Kepala penerbangan luar angkasa NASA, Kathy Lueders mengatakan bahwa Artemis-1 akan bertahan selama sekitar satu bulan untuk menguji semua sistem kritis. Dia juga menambahkan bahwa penerbangan demonstrasi akan mengurangi risiko Artemis-2, yang akan mengulangi perjalanan mengelilingi Bulan dengan astronaut.
Tes baru telah ditambahkan ke misi ini, yakni operasi kedekatan. Tak lama setelah Orion memisahkan diri dengan roket SLS atau yang dikenal sebagai tahap penggerak kriogenik sementara, astronaut akan secara manual mengemudikan pesawat ruang angkasa saat mereka mendekati tujuan.
Tes baru ini akan menilai kualitas penggunaan Orion, meliputi kinerja perangkat keras dan perangkat lunak pesawat ruang angkasa tersebut.
Selain itu, NASA telah menyediakan US$ 967 juta (Rp 14 T) kepada beberapa perusahaan untuk mengerjakan desain kendaraan pendarat yang akan membawa mereka ke sana.
NASA Merencanakan akan Membuat Pangkalan untuk Manusia di Bulan
Kemudian akan ada rencana untuk meminta NASA mendirikan pangkalan bagi manusia, yang disebut "Kamp Basis Artemis". Dimana pangkalan tersebut akan mencakup infrastruktur yang dibutuhkan untuk eksplorasi Bulan dalam jangka panjang.
Di lain sisi, Wakil Presiden Mike Pence juga mengutip kekhawatiran akan ambisi ruang angkasa Tiongkok, karena pada Januari 2019, negara adidaya di Asia Timur itu berhasil mendaratkan robot penjelajah di sisi jauh Bulan. Negara ini sekarang sedang mempersiapkan misi pertamanya untuk mengirimkan sampel tanah bulan ke laboratorium di Bumi.
"Namun untuk sekarang ini, Tiongkok tidak memiliki jadwal penerbangan ke bulan sampai tahun 2024. Akan tetapi, mereka dapat melakukan hal yang sama pada dekade ini," tambahnya.
Reporter: Ruben Irwandi
Advertisement