Liputan6.com, New Delhi - Pemerintah India akan mengizinkan sekolah tatap muka untuk buka setelah 15 Oktober. Namun, murid-murid tak wajib masuk.
Dilaporkan The Times of India, Kamis (1/10/2020), sekolah atau institusi boleh mengambil keputusan pembukaan sekolah berdasarkan asesmen situasi. Sekolah online juga didorong agar tetap menjadi favorit.
Advertisement
Baca Juga
Orang tua harus memberikan izin tertulis jika anaknya ingin sekolah tatap muka. Sekolah juga diminta mengizinkan murid yang memilih sekolah online.
Sekolah-sekolah di India juga harus menyiapkan SOP terkait kesehatan dan keselatan pembukaan sekolah berdasarkan SOP dari Departement Pendidikan Sekolah dan Literasi, Kementerian Pendidikan, Pemerintah India, serta mengikuti aturan lokal.
Selain itu, bioskop di India juga boleh buka dengan syarat 50 persen tempat duduk saja. Kementerian Informasi dan Penyiaran akan mengeluarkan SOP.
Selain itu, kolam renang juga boleh dibuka untuk latihan atlet. Dalam hal ini, Kementerian Pemuda dan Olahraga akan mengeluarkan SOP.
Hal lain yang akan dibuka di India adalah taman hiburan dan Business to Business (B2B) Exhibitions. Otoritas kesehatan dan perdagangan akan mengeluarkan SOP terkait.
Pembukaan-pembukaan tersebut akan dilaksanakan mulai 15 Oktober 2020.
Berdasarkan data Johns Hopkins University, India merupakan negara dengan kasus COVID-19 tertinggi di Asia. Total kasus mencapai 6,2 juta.
**Ingat #PesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
WHO: Sebenarnya Korban Meninggal Akibat COVID-19 Lebih dari 1 Juta Orang
Total kematian di seluruh dunia akibat COVID-19 telah mencapai lebih dari 1 juta orang. Jumlah pasien meninggal tertinggi berasal dari Amerika Serikat (202 ribu), Brasil (142 ribu), dan India (97 ribu).
"Kemarin menandakan pijakan suram dalam pertempuran bersama kita melawan COVID-19. Satu juta orang dikonfirmasi kehilangan nyawa mereka karena virus baru ini," ujar pemimpin WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam acara PBB, Rabu 30 September 2020.
"Angka sebenarnya tentunya lebih tinggi," ia menambahkan.
Pemerintah AS pernah menyebut bahwa negara seperti China tak jujur dalam menampilkan data. Presiden AS Donald Trump juga curiga bahwa Rusia dan India tak memberikan angka kematian yang benar.
Jangankan di luar negeri, angka resmi milik pemerintah juga berbeda dari data Lapor Covid-19.
Berdasarkan data situs https://covid19.go.id/, pasien yang meninggal akibat COVID-19 di Indonesia ada 10.174 orang.
Sementara, data Lapor Covid-19 menyebut totalnya ada 20.673 kematian terkait COVID-19. Jumlah kematian tersebut hampir dua kali lipat lebih tinggi ketimbang data resmi pemerintah.
WHO lantas meminta agar dunia kompak dalam berkontribusi agar program seperti Access to COVID-19 Tools (ACT) Accelerator bisa didukung bersama. Program itu bertujuan agar dunia memiliki akses terhadap vaksin hingga terapeutik sehingga pandemi ini bisa terkendali.
Advertisement