Covid-19 Renggut Lebih dari 1,1 Juta Nyawa Manusia di Dunia

Jumlah kematian akibat Covid-19 terus bertambah hingga melampaui 1,1 juta nyawa manusia. Amerika Serikat ada di urutan teratas.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Okt 2020, 10:53 WIB
Diterbitkan 17 Okt 2020, 02:28 WIB
Pembuatan Peti Jenazah COVID
Pekerja menyelesaikan pembuatan peti khusus jenazah COVID-19 di Funisia Perkasa, Kota Tangerang, Banten, Jumat (16/10/2020). Pabrik furnitur tersebut kini memproduksi peti untuk jenazah COVID-19 dan bisa menghasilkan 50 hingga 100 buah peti per harinya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Ancaman Covid-19 kian nyata. Hanya tujuh bulan setelah dinyatakan sebagai pandemi global, penyakit yang dipicu virus SARS-CoV-2 itu telah memicu kematian lebih dari 1,1 juta manusia.

Itu belum angka final. Jumlahnya diperkirakan membengkak. Vaksin Covid-19 masih taraf uji coba, obat mujarab pun belum ditemukan.

Belakangan, hasil studi Badan Kesehatan Dunia (WHO) terhadap 10.000 pasien di 30 negara menemukan bahwa remdesivir tidak ampuh mencegah kematian akibat Covid-19. 

Remdesivir adalah salah satu obat yang digunakan untuk mengobati Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang sempat positif Covid-19. 

Data Center for Systems Science and Engineering (CSSE) Johns Hopkins University (JHU) pada Sabtu 17 Oktober 2020 pukul 00.24 WIB mencatat, ada 1.100.364 kematian akibat Covid-19 di seluruh dunia. Sementara, kasus positif mencapai 39.068.667.

Jumlah korban meninggal akibat Covid-19 melampaui 1,1 juta di dunia. Sumber: Johns Hopkins Coronavirus Resource Center 16 Oktober 2020Amerika Serikat ada di posisi teratas. Dalam kasus maupun jumlah korban jiwa. Sudah ada 218.097 kematian akibat Covid-19 yang dilaporkan di Negeri Paman Sam, dengan kasus positif mencapai 8.008.402. 

Pakar penyakit menular AS, Dr Anthony Fauci dan sejumlah ahli lain mengingatkan, Amerika harus menurunkan jumlah kasus hariannya untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan lain, termasuk musim flu.

Covid-19 dan musim flu bisa jadi 'twin-demic' atau wabah kembar. Situasi diperparah dengan godaan untuk menggelar pertemuan di dalam ruangan pada saat suhu udara anjlok, termasuk di hari-hari besar seperti Thanksgiving maupun Natal dan Tahun Baru.

Sejumlah negara bagian di AS mengalami lonjakan kasus Covid-19 tertinggi dalam 7 hari. Salah satunya New Mexico.

"Virus menang saat ini," kata Gubernur New Mexico, Michelle Lujan Grisham seperti dikutip dari CNN. "Kami seperti berada di perairan antah-berantah." ICU di beberapa wilayah negara bagian tersebut dilaporkan penuh.

Masih di benua Amerika, Brasil ada di urutan kedua negara dengan jumlah kematian tertinggi akibat Covid-19 dengan 152.460 korban jiwa.

Sementara, India ada di posisi ketiga dengan 112.161 kematian.

 

Tabel 10 negara dengan kematian akibat Covid-19 tertinggi (Sumber: Johns Hopkins Coronavirus Resource Center 17 Oktober 2020)
Tabel 10 negara dengan kematian akibat Covid-19 tertinggi (Sumber: Johns Hopkins Coronavirus Resource Center 17 Oktober 2020)

Sejumlah negara Eropa ada di peringkat 10 besar dalam hal korban jiwa, yakni Inggris, Italia, Spanyol, dan Prancis.

Merespons lonjakan kasus Covid-19, jam malam akan diberlakukan di sejumlah wilayah di Prancis pada Sabtu 17 Oktober 2020, termasuk di Paris, Marseille dan Lyon. 

Restoran, bioskop, dan tempat hiburan malam wajib tutup pada pukul 21.00 waktu setempat. Warga dilarang keluar rumah tanpa alasan yang dibenarkan antara pukul 21.00 hingga 06.00 selama setidaknya empat pekan. Setidaknya 12 ribu aparat disiagakan untuk menegakkan aturan itu.

Prancis ada di urutan kesembilan negara dengan kematian tertinggi akibat Covid-19, yakni 33.146 korban jiwa dari 851.101 kasus.

Seperti dikutip dari The Guardian, WHO memperingatkan, unit perawatan intensif (ICU) di berbagai kota di Eropa bisa mencapai kapasitas maksimum dalam beberapa minggu mendatang.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya