EU Climate Diplomacy Week 2020, Bangun Kesadaran Publik Soal Perubahan Iklim

Permasalah iklim dunia membuat negara-negara di dunia melakukan asosiasi dalam rangka menangani hal tersebut, salah satunya adalah Indonesia dan Uni Eropa.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Okt 2020, 17:17 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2020, 16:13 WIB
Pekan Diplomasi Iklim 2020
Pekan Diplomasi Iklim 2020 (Tangkapan layar webinar via Zoom).

Liputan6.com, Jakarta - Naiknya suhu bumi akan mempengaruhi seluruh kehidupan makhluk hidup di dunia ini. Ilmu pengetahuan telah mencatat perubahan iklim telah berdampak pada manusia dan alam, seperti kesehatan, ketahanan pangan, perubahan kondisi pesisir dan laut, belum lagi implikasi sosial ekonomi sebagai akibatnya.

Aksi nyata yang telah dilakukan dunia untuk menangani hal ini yakni dengan membuat Perjanjian Paris yang dicapai pada Desember 2015 dan diratifikasi di tahun 2016. Dalam Perjanjian Paris, negara-negara yang terlibat sepakat untuk menurunkan emisi karbon dioksida.

Selaras dengan hal tersebut, Indonesia bersama Uni Eropa menggelar Konferensi Pekan Diplomasi Iklim 2020 yang berlangsung dari tanggal 24 Oktober hingga 6 November. Tujuan acara ini adalah untuk membangun kesadaran masyarakat mengenai penanganan masalah iklim di dunia.

Konferensi ini mengikut sertakan Duta Besar Uni Eropa Vincent Piket, Duta Besar Finlandia untuk Indonesia Jari Sinkari, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS Suharso Monoarfa, Vokalis Band The Rain Indra Prasta, Perwakilan Youth for Climate Change Indonesia Arrum Harahap, Perwakilan MUI Hayu Prabowo dan Perwakilan Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) Jakob Siringoringo.

Dubes Vincent mengatakan bahwa Indonesia memiliki populasi generasi muda yang tinggi, sehingga peran penanganan iklim di masa depan akan bergantung pada generasi ini. Ia juga mengatakan bahwa Uni Eropa telah memasukan persoalan iklim ke dalam dua undang-undang dalam rangka untuk mengurangi efek rumah kaca sebesar 50 persen pada tahun 2030.

"Pendidikan merupakan kunci untuk mengendalikan kekhawatiran akan masalah iklim dunia. Pemerintah Indonesia harus memberi pendidikan yang sesuai pada generasi muda agar mereka dapat menangani permasalahan ini di masa mendatang," imbuh Dubes Sinkari pada Sabtu (24/10/2020).

Menteri Suharso juga turut mengatakan bahwa Indonesia telah meningkatkan komitmen pengurangan karbon dan konsisten akan menyeimbangkan fokus antara ekonomi dan pelestarian alam. Ia juga berharap pihak pemerintah luar negeri atau pun swasta ingin untuk berinvestasi di Indonesia dalam rangkan mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Peran Pemuda Dalam Mengatasi Permasalahan Ilkim

Pekan Diplomasi Iklim 2020
Pekan Diplomasi Iklim 2020 (Tangkapan layar webinar via Zoom).

"Saat ini para pemuda belum berada di level pembuat kebijakan. Kesadaran harus dimulai dari sekarang. Kami mengajak teman-teman mengikuti aksi nyata seperti peduli Ciliwung," imbuh Indra Prasta yang juga menjadi pegiat lingkungan hidup.

Ia juga menambahkan bahwa ketakutan lainnya di generasi muda adalah kekhawatiran untuk tidak konsisten dalam menghadapi masalah iklim. Namun, ia mengatakan bahwa pemuda bisa kolaborasi dengan sesamanya untuk menjaga pelestarian lingkungan hidup. 

"Kami mengharapkan lebih banyak kesempatan bagi anak muda untuk merawat alam. Sering kali anak muda diabaikan dalam diskusi-diskusi pembuatan kebijakan untuk masa depan, padahal itu untuk anak muda itu sendiri," imbuh Arrum.

Berbagai cara telah dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pelestarian lingkungan hidup, salah satu cara tersebut yakni kelompok agamawan yang memberikan literasi melalui dakwah kepada masyarakat.

Melalui cara-cara tersebut, diharapkan masalah iklim dunia dapat berangsur-angsur membaik.

 

 

Reporter: Ruben Irwandi

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya