Pilih Berdoa, Presiden Tanzania Tolak Lockdown dan Vaksin COVID-19

Presiden John Magufuli menolak lockdown, tapi juga kurang percaya dengan vaksin COVID-19. Ia memilih berdoa.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 29 Jan 2021, 08:30 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2021, 08:30 WIB
Presiden Tanzania John Magufuli (AFP/Daniel Hayduk)
Presiden Tanzania John Magufuli (AFP/Daniel Hayduk).

Liputan6.com, Dodoma - Presiden Tanzania John Magufuli menuai kontroversi karena menolak lockdown. Akan tetapi dia juga menyebar meragukan tentang vaksin COVID-19. 

Penolakan lockdown dan vaksin itu diungkap Presiden Magufuli pada Rabu (27/1) waktu setempat. Ia turut menuduh warga Tanzania dari luar negeri membawa virus.

Magufuli berkata warga Tanzania yang divaksinasi di luar negeri membawa pulang varian baru. Solusi yang ditawarkan adalah perdoa dan menghirup uang agar mendapat perlindungan.

Terkait vaksin COVID-19, Presiden Tanzania percaya bahwa jika vaksin itu ampuh, maka seharunsya sudah ada vaksin untuk AIDS, tuberkolosis, malaria, dan kanker.

Pada Juni 2020, Presiden Magufuli juga mengklaim berhasil membasmi COVID-19 berkat rahmat Tuhan. 

Berdasarkan data Johns Hopkins University, kasus COVID-19 di Tanzania berjumlah 509. Namun, pemerintah memang tidak melaporkan kasus lagi.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Komentar Mematikan

Ilustrasi Vaksin Virus Corona COVID-19. (File foto: AFP / John Cairns)
Ilustrasi Vaksin Virus Corona COVID-19. (File foto: AFP / John Cairns)

Politisi oposisi di Tanzania mengkritik ucapan Magufuli karena bersifat tidak diplomatis serta mengirim pesan buruk kepada dunia.

Zitto Kabwe, pemimpin oposisi partai Aliansi Perubahan dan Transparansi, berkata ucapan Presiden Magufuli sangatlah berbahaya dan mematikan.

"Afrika sedang kesulitan karena persediaan vaksinasi yang terbatas, dan ini ada presiden negara dengan ekonomi terbesar kedua di Afrika Timur, dan presiden ini berkata vaksinasi bermasalah. Ini sangatlah berbahaya, dan saya benar-benar tidak tahu betapa mematikannya komentar ini dari seorang presiden untuk ke depannya," ujar Kabwe.

Pemerintah Tanzania sudah berhenti melaporkan kasus COVID-19 sejak Mei 2020.

Magufuli berkata melaporkan kasus COVID-19 tidak perlu karena Tuhan melindungi Tanzania.


Tuntutan Aktivis dan Pesan WHO

Tedros Adhanom Ghebreyesus (tengah), direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, berbicara pada konferensi pers tentang pembaruan COVID-19, di kantor pusat WHO di Jenewa, Swiss.
Tedros Adhanom Ghebreyesus (tengah), direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, berbicara pada konferensi pers tentang pembaruan COVID-19, di kantor pusat WHO di Jenewa, Swiss.(Salvatore Di Nolfi/Keystone via AP)

Aktivis Tanzania telah menuntut agar pemerintah mengungkap kasus COVID-19 di negara mereka.

Salah satunya adalah aktivis Kumbusho Dawson yang menyebut pemerintah tidak mengambil langkah apa-apa. Ia meminta agar pemerintah mengikuti saran dari WHO.

Sementara, direktur regional WHO di Afrika, Dr. Matshidiso Moeti, turut menuntut warga Tanzania agar memperketat langkah pencegahan di masyarakat.

Lewat Twitter, wanita itu menegaskan bahwa vaksin berfungsi baik. WHO juga siap membantu Tanzania.

"Meminta Tanzania untuk memperkuat langkah kebijakan publik seperti memakai masker untuk melawan COVID-19. Sains menunjukan bahwa vaksin berfungsi dan saya mendorong pemerintah untuk menyiapkan kampanye vaksinasi COVID," ujar Dr. Moeti.


Infografis COVID-19:

Infografis Seberapa Sering Harus Ikuti Tes Covid-19? (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Seberapa Sering Harus Ikuti Tes Covid-19? (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya