Liputan6.com, Ankara - Turki berjanji akan membagikan vaksin COVID-19 ke seluruh umat manusia. Saat ini, mereka masih mengembangkan vaksin sendiri yang akan masuk tahap 3 pada April 2021.
Anadolu melaporkan, Rabu (31/3/2021), Presiden Recep Tayyip Erdogan berkata hampir 100 negara tidak memiliki akses ke vaksin COVID-19. Erdogan membandingkan ada negara yang memvaksinasi "hampir seluruh warganya", tetapi masih ada miliaran orang di dunia belum divaksin.
Advertisement
Baca Juga
"Turki berencana untuk menawarkan vaksin domestiknya untuk seluruh umat manusia di bawah kondisi yang paling pantas ketika pekerjaan vaksinnya selesai," ujar Erdogan dalam pesan videonya kepada PBB.
Untuk saat ini, Erdogan meminta agar negara-negara yang punya kelebihan vaksin untuk menyumbangkan vaksinnya dahulu.
Erdogan menyebut pandemi global ini memberi dampak serius pada negara-negara yang kurang berkembang, bahkan negara-negara kaya banyak yang tidak bersiap pada pandemi ini.
Ia menyebut Turki terlibat agar solidaritas global makin kuat sejak awal pandemi.
"Turki telah memperjuangkan solidaritas global dan kerja sama internasional sejak permulaan perjuangan ini," tegasnya.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Stok Vaksin di Indonesia
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengaku deg-degan karena vaksin Sinovac hanya tersedia 7 juta dosis untuk April 2021. Terlebih lagi pengiriman vaksin AstraZeneca melalui skema COVAX-GAVI tertunda akibat embargo dari negara produsen vaksin, salah satunya India.
"Bulan Maret 2021, kebetulan vaksin Sinovac yang dipakai masih cukup banyak. Saya mau lapor ini, bulan April hanya ada 7 juta dosis Sinovac," tutur Budi dalam dialog Evaluasi Kebijakan, Aktivitas Masyarakat, dan Peta Politik Triwulan I 2021, ditulis Selasa, 30 Maret 2021.
"Bio Farma baru mulai lagi produksi tanggal 15 April. Saya deg-degan juga makanya. Karena Bio Farma sedang ada cleansing. Mesinnya mereka di-upgrade gitu."
Semula Menkes Budi memperkirakan penambahan pengiriman vaksin AstraZeneca yang direncanakan selesai Mei 2021 dapat mendukung penuh vaksinasi nasional pada April 2021. Namun, embargo vaksin menyebabkan vaksin AstraZeneca menunda pengiriman.
"Jadi, saya hanya punya 7 juta stok dari Sinovac. Tadinya, saya pikir bisa dapat 7,5 juta lagi dari AstraZeneca," lanjut Budi Gunadi.
"Kita seharusnya dapat jatah ini (vaksin AstraZeneca) sekitar 11,7 juta pada Maret-April 2021. Tapi dapetnya baru kayak kemarin hanya 1,1 juta, yang 10,6 jutanya 'nyangkut' (tertunda)."
Advertisement
Menanti AstraZeneca
Adanya embargo vaksin AstraZeneca, menurut Budi Gunadi Sadikin, termasuk berita buruk. Pengiriman vaksin AstraZeneca ke negara-negara lain tertunda dan suplai pun berkurang. Embargo vaksin terjadi karena kasus COVID-19 melonjak.
"Ada berita buruk ini. India termasuk yang naik (kasus COVID-19) dan dia embargo vaksin. Artinya, (vaksin) enggak boleh keluar atau dikirim ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),"
"Nah, panik deh COVAX-GAVI. Karena India adalah pabrik vaksin terbesar dunia di luar Tiongkok. Jadi, Novavax dan AstraZeneca dibikin cukup besar di India, Pfizer juga ada (diproduksi di India). Akibatnya, kurang suplai, jadi direalokasi lagi."
Dalam diskusi daring lain, Menkes Budi mengatakan, Indonesia sedang berupaya melobi COVAX-GAVI agar vaksin AstraZeneca bisa dikirim kembali. Penundaan pengiriman vaksin AstraZeneca diperkirakan sampai Mei 2021.
"Kami masih mencoba melobi GAVI-COVAX bersama Kementerian Luar Negeri untuk memastikan at least ada enggak yang bisa kita dapat meskipun sedikit dari Astrazeneca pada bulan April 2021," ujarnya.
Infografis Vaksin COVID-19:
Advertisement