Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara mengutuk Israel lantaran telah mengubah Jalur Gaza menjadi rumah jagal bagi manusia dan tempat pembantaian anak-anak, setelah konflik kekerasan terbaru antara Yerusalem dan Hamas terjadi.
Dalam sebuah pernyataan pada Jumat 4 Juni, Kementerian Luar Negeri Korea Utara mengatakan "kejahatan mengerikan Israel membunuh anak-anak merupakan tantangan berat bagi masa depan umat manusia dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Baca Juga
Israel Umumkan Wajib Militer 7.000 Orang Yahudi Ultra-Ortodoks, Akan Ikut Perang di Gaza dan Lebanon?
Hamas Kasih Syarat Ke Donald Trump untuk Gencatan Senjata Gaza, Perang Israel Vs Hamas Bakal Berakhir?
Infografis Putra Mahkota Arab Saudi Tuding Israel Lakukan Genosida di Gaza dan Pernyataan Pelapor Khusus PBB
"Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa seluruh Jalur Gaza telah berubah menjadi rumah jagal bagi manusia dan tempat pembantaian anak-anak," lanjut kementerian tersebut.
Advertisement
"Segera setelah pemboman berakhir, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan pihak berwenang Israel berusaha menyembunyikan kejahatan mereka setelah membunuh bahkan anak-anak."
Pihak Korea Utara menambahkan; "Sangat mengutuk Israel karena terus membantai anak-anak, menunjuk Israel sebagai penyebab pengusiran warga Palestina, perluasan pemukiman ilegal dan menabur benih kebencian."
Bentrokan terbaru antara Israel dan Hamas di Gaza menghancurkan ribuan bisnis dan rumah, menggusur lebih dari 100.000 orang di wilayah tersebut.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan mengatakan, sekitar 240 warga Palestina tewas dalam 11 hari konflik. Para pejabat melaporkan sedikitnya 12 orang tewas di Israel.
Gencatan senjata ditengahi setelah satu bulan meningkatnya ketegangan, dengan Hamas dan Israel mengklaim kemenangan.
Pengakuan Korut pada Palestina
Israel dan Palestina telah terlibat dalam pembicaraan damai sporadis selama 25 tahun terakhir, tetapi belum ada resolusi yang tercapai.
Korea Utara telah lama mengakui kedaulatan Palestina atas semua wilayah yang dikuasai Israel, tidak termasuk Dataran Tinggi Golan.
Pyongyang menganggap Israel sebagai "satelit imperialis" yang bertentangan dengan ideologi anti-imperialis dan anti-kolonialis rezimnya sendiri.
Selama beberapa dekade, Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong-un telah memihak kelompok militan Palestina termasuk Hamas.
Pada 1990-an, Kim Jong-il membantu mantan duta besar Palestina untuk Korea Utara Mustafa Safarini dan mengembangkan hubungan dekat dengan pejabat tersebut.
Advertisement