Inggris Percepat Target Penghentian Batu Bara dalam Sektor Ketenagalistrikan

Inggris akan berhenti menggunakan batubara untuk menghasilkan listriknya pada 1 Oktober 2024.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 02 Jul 2021, 20:58 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2021, 20:58 WIB
Ilustrasi Bendera Inggris
Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Inggris tidak akan lagi menggunakan batubara untuk menghasilkan listriknya pada 1 Oktober 2024 - satu tahun lebih cepat dari rencana awal.

Hal itu diumumkan pada Rabu (30/6) oleh Menteri Energi dan Perubahan Iklim Inggris, Anne-Marie Trevelyan.

Langkah ini merupakan bagian dari komitmen ambisius Pemerintah Inggris untuk melakukan transisi dari bahan bakar fosil dan dekarbonisasi sektor ketenagalistrikan dalam rangka menghapus peran serta Inggris terhadap perubahan iklim pada 2050, demikian disampaikan dalam rilis Kedutaan Besar Inggris pada Jumat (2/7/2021).

Pengumuman ini juga menegaskan niat yang disampaikan oleh Perdana Menteri Inggris Boris Johnson 2020 lalu, yaitu soal mempercepat batas waktu diakhirinya penggunaan batubara dalam sistem pembangkitan listrik.

 Hal ini juga berarti bahwa pemerintah Inggris mempercepat batas waktu penghapusan batubara dari sistem energi Inggris satu tahun lebih cepat, menegaskan kepemimpinan negara itu untuk bergerak lebih jauh dan lebih cepat dalam menurunkan emisi serta memimpin dengan memberikan keteladanan dalam memerangi perubahan iklim jelang perannya sebagai tuan rumah COP26 di Glasgow November 2021.

Tak sampai disitu, Inggris juga mengajak negara-negara lain di dunia untuk turut mempercepat penghapusan batubara dari sistem ketenagalistrikan.

Kedubes Inggris juga mengungkapkan, bahwa negara tersebut akan mengeluarkan undang-undang baru terkait hal ini sesegera mungkin.

Dengan diberhentikannya penggunaan batubara dalam sistem ketenagalistrikannya, Inggris dapat memastikan bahwa hal tersebut akan memainkan peran penting dalam menjaga kenaikan temperatur global ke 1,5 derajat – target utama dalam presidensi COP26-nya.

Adapun capaian besar yang telah diperoleh oleh Inggris dalam mengurangi penggunaan batubara pada sektor ketenagalistrikan, dengan batubara yang hanya mengisi 1,8% dari total bauran pembangkitan listrik Inggris pada 2020, dibandingkan dengan 40% pada satu dekade lalu.

Pengumuman ini disampaikan sebelum Menteri Anne-Marie Trevelyan, berbicara dalam Konferensi Powering Past Coal Alliance (PPCA) wilayah Eropa pekan ini.

Konferensi itu membahas mengenai pentingnya negara-negara secara kolektif meninggalkan pembiayaan batubara dan bagaimana perusahaan dapat menjalankan komitmen tersebut, sebagai bagian dari London Climate Action Week. 

Sejak awal 2021, pemerintah Inggris telah mengakhiri dukungannya terhadap sektor energi berbahan bakar fosil di luar negeri.

Sinyal dari Inggris Kepada Dunia untuk Capai Target Iklim

Batu Bara Bengkulu
Ilustrasi batu bara Bengkulu (Liputan6.com / Yuliardi Hardjo Putro)

"Batubara memungkinkan terjadinya revolusi industri dua ratus tahun lalu, namun sekarang adalah saatnya untuk melakukan aksi yang cepat guna menghapuskan bahan bakar kotor ini secara menyeluruh dari sistem energi kita," demikian pernyataan Menteri Energi dan Perubahan Iklim Inggris, Anne-Marie Trevelyan, disampaikan dalam rilis Kedubes Inggris.

Pernyataan Menteri Trevelyan melanjutkan, bahwa "Hari ini kami mengirimkan sinyal yang jelas kepada dunia bahwa Inggris sedang memimpin jalan menjadikan batubara sebagai bagian dari buku sejarah dan bahwa kami serius mengenai dekarbonisasi sistem ketenagalistrikan kami sehingga kami dapat mencapai target iklim yang ambisius".

"Nol emisi masa depan Inggris akan didukung oleh energi terbarukan, dan teknologi inilah yang akan menggerakkan revolusi industri hijau dan menciptakan lapangan kerja baru di Inggris," tambahnya.

Adapun pernyataan dari COP26 President-Designate, Alok Sharma, yang menyampaikan bahwa "Dekade berikutnya menentukan keberlangsungan planet kita, dan cara yang paling ampuh untuk menciptakan perbedaan adalah dengan mengakhiri ketergantungan kita terhadap batubara".

"Menjelang COP26, saya berharap Iangkah mantap Inggris menuju masa depan yang lebih bersih dan hijau, mengirimkan sinyal yang jelas kepada negara sahabat di seluruh dunia bahwa listrik bersih adalah jalan masa depan," tuturnya.

Sharma menambahkan, bahwa "dampak dari langkah ini akan menjadi jauh lebih besar jika kami bisa menggandeng seluruh dunia bersama kami, demikian pula dengan semangat kami mendukung transisi energi yang bersih dan adil menjadi inti pembicaraan saya menuju COP26".

Inggris Serukan Tansisi Cepat dalam Sektor Ketenagalistrikan

Pemandangan Sepi Kota London Imbas COVID-19
Pemandangan Jembatan Westminster dan Gedung Parlemen di London, Inggris (18/3/2020). PM Inggris Boris Johnson mengatakan seluruh sekolah akan ditutup mulai Jumat (20/3) setelah otoritas kesehatan mengonfirmasi total 2.626 kasus infeksi COVID-19 dan 104 kematian. (Xinhua/Tim Ireland)

"Berkaca pada pengalaman Inggris yang menggunakan batubara sebanyak 40% dalam sektor ketenagalistrikan pada 2012, dan kemudian 0% pada 2024, menunjukkan bahwa transisi yang cepat sangat mungkin untuk dilakukan – dan hal ini perlu dilakukan secara bersama-sama di seluruh dunia untuk menyelamatkan planet kita. Inggris menemukan bahwa angin adalah pengganti sumber energinya – Indonesia memiliki potensi yang jauh lebih besar meliputi surya, angin, panas bumi, dan masih banyak lagi," demikian disampaikan oleh Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenkins.

Disampaikan juga oleh Dubes Owen Jenkins, bahwa "Pengumuman target ambisius Pemerintah Indonesia untuk mengakhiri era batubara dan rencana untuk menerapkan insentif terhadap energi terbarukan dan pajak karbon merupakan langkah besar yang akan menguntungkan seluruh rakyat Indonesia.

"Ini merupakan bagian dari gerakan global meninggalkan batubara – total kapasitas batubara yang dibatalkan sejak 2017 mencapai 4,5 kali lebih besar dibandingkan dengan jumlah yang dibangun," lanjutnya.

Dubes Owen pun mengungkapkan bahwa Inggris merasa bangga dapat mendukung tekad Indonesia dalam transisi menuju energi rendah karbon masa depan yang berkelanjutan melalui program Mentari – Kerja sama Inggris dan Indonesia pada sektor energi rendah karbon.

"Mentari berfokus pada peningkatan peraturan yang kondusif bagi pengembangan energi terbarukan, memobilisasi investasi ke dalam proyek energi terbarukan, membuktikan konsep proyek energi terbarukan jarak jauh, dan membagikan keahlian serta berkolaborasi dengan berbagai kelompok kepentingan," jelasnya.

"Secara bersama-sama kita akan menciptakan masa depan di mana kita menjaga planet ini, dan memiliki listrik murah yang berlimpah untuk semua orang," tutur Dubes Owen Jenkins.

Infografis Yuk Hindari 9 Kesalahan Ketika Gunakan Masker Cegah COVID-19

Infografis Yuk Hindari 9 Kesalahan Ketika Gunakan Masker Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Yuk Hindari 9 Kesalahan Ketika Gunakan Masker Cegah COVID-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya