Liputan6.com, Bangkok - Lebih dari 10 juta orang berada di bawah pembatasan baru dan jam malam di Ibu Kota Bangkok di Thailand, ketika negara itu menangangi lonjakan kasus COVID-19 varian Alpha dan varian Delta yang sangat menular.
Thailand sejauh ini telah mencatat lebih dari 326.300 kasus dan 2.711 kematian akibat COVID-19 - sebagian besar muncul dalam gelombang terbaru yang mulai pada April 2021, seperti dikutip dari AFP, Selasa (13/7/2021).
Lonjakan baru COVID-19 pertama kali terdeteksi di sebuah klub yang sering dikunjungi oleh masyarakat kelas atas dan politisi Thailand di distrik elit di Bangkok.
Advertisement
Lonjakan infeksi juga diperburuk oleh peluncuran vaksin yang lambat dan kapasitas pengujian yang terbatas.
Selain Bangkok, sembilan provinsi lain di Thailand yang mengalami kenaikan infeksi COVID-19 juga memberlakukan pembatasan.
Pos pemeriksaan polisi pun disusun di seluruh Bangkok pada Senin (12/7), ketika jam malam mulai pukul 9 malam hingga 4 pagi mulai berlaku.
Polisi Bangkok juga melakukan pemeriksaan pada mobil-mobil dan kendaraan yang melintasi kawasan ibu kota.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Bangkok Batasi Pertemuan dan Tutup Toko-toko Non Esensial
Selain jam malam, warga Bangkok juga dilarang berkumpul dalam kelompok lebih dari lima orang, sementara jaringan transportasi umum akan ditutup mulai pukul 9 malam.
Sementara supermarket, restoran, bank, apotek, dan toko elektronik di dalam mal-mal di Bangkok akan tetap buka tetapi toko-toko lain ditutup.
Pemerintah PM Thailand Prayut Chan-O-Cha menghadapi kecaman keras atas penanganan pandemi -- mulai dari manajemen dan pengadaan vaksin hingga penegakan aturan untuk mencegah penyebaran COVID-19, serta kemarahan meluas di kalangan warga pada langkah-langkah pembatasan baru.
"Pemerintah memutuskan untuk memberlakukan penguncian tetapi mereka tidak memiliki tindakan kompensasi apa pun untuk orang-orang," kata seorang pemilik restoran bernama Arphawan Larangam.
Beberapa warga mengatakan pembatasan pergerakan seharusnya dilakukan lebih cepat sebelum wabah varian baru COVID-19 yang sangat menular dirasakan di antara penduduk.
"Pemerintah melakukan semuanya dengan sangat lambat. Jika mereka benar-benar ingin memberlakukan penguncian, mereka seharusnya melakukannya lebih cepat," ujar seorang mahasiswa Thailand bernama Jit.
Advertisement