Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Inggris memutuskan pada Senin (19/7) untuk tidak menginokulasi sebagian besar anak-anak dan remaja terhadap COVID-19 sampai lebih banyak data tentang vaksin tersedia.
Advertisement
Anak-anak berusia 12 tahun dengan cacat saraf yang parah, Down Syndrome, imunosupresi dan ketidakmampuan belajar multipel atau parah, serta mereka yang memiliki kontak rumah tangga dengan individu yang mengalami imunosupresi, akan memenuhi syarat untuk vaksinasi, kata pemerintah. Demikian seperti mengutip Channel News Asia, Selasa (20/7/2021).
Keputusan untuk menunda memberikan vaksin kepada kebanyakan orang di bawah usia 18 tahun didasarkan pada rekomendasi dari panel penasihat ahli.
Risiko untuk Anak
Komite Gabungan untuk Vaksinasi dan Imunisasi mengatakan manfaat kesehatan dari vaksinasi universal tidak lebih besar daripada risiko bagi kebanyakan orang muda, yang biasanya hanya menderita gejala virus ringan.
"Saran hari ini tidak merekomendasikan vaksinasi di bawah 18 tahun tanpa kondisi kesehatan yang mendasarinya pada saat ini," kata Menteri Kesehatan Sajid Javid dalam sebuah pernyataan.
“Tetapi JCVI akan terus meninjau data baru, dan mempertimbangkan apakah akan merekomendasikan vaksinasi di bawah 18 tahun tanpa kondisi kesehatan yang mendasarinya di masa mendatang.''
Langkah ini membuat Inggris berselisih dengan Prancis dan beberapa negara Eropa lainnya, yang telah memutuskan untuk memvaksinasi remaja berusia 12 tahun.
Di antara ratusan orang di pusat vaksinasi Paris pada hari Jumat, beberapa di antaranya adalah remaja dengan orang tua mereka.
Pemerintah Prancis mengumumkan pekan lalu bahwa mereka berencana untuk mendirikan program vaksin di sekolah menengah dan universitas pada musim gugur.
Anak-anak dan remaja yang memenuhi syarat di Inggris Raya akan menerima vaksin Pfizer-BioNTech, satu-satunya vaksin yang diizinkan negara tersebut untuk digunakan dalam kelompok usia tersebut.
Advertisement