Demi Rayakan Idul Adha, Bangladesh Tangguhkan Lockdown COVID-19 8 Hari

Penangguhan lockdown COVID-19 dikecam oleh para ahli kesehatan yang memperingatkan bahwa hal itu dapat menyebabkan lonjakan besar infeksi varian Delta yang sangat menular,

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 20 Jul 2021, 10:52 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2021, 10:52 WIB
Bangladesh mencabut pembatasan penguncian virus untuk Idul Adha
Orang-orang berjalan untuk naik feri menuju kota asal mereka setelah pelonggaran lockdown nasional COVID-19 di Sreenagar, Selasa (13/7/2021). Pemerintah Bangladesh melonggarkan lockdown yang sedang berlangsung selama seminggu mulai 15 hingga 22 Juli untuk perayaan Idul Adha. (Munir Uz zaman/AFP)

Liputan6.com, Dhaka - Pekan ini pemerintah Bangladesh mengizinkan jeda delapan hari yang kontroversial pada lockdown ketat Virus Corona COVID-19 di negara itu. Upaya yang dilakukan agar jutaan orang di negara tersebut dapat merayakan festival Islam Idul Adha, atau Hari Raya Kurban.

Penangguhan itu telah dikecam oleh para ahli kesehatan yang memperingatkan bahwa hal itu dapat menyebabkan lonjakan besar infeksi COVID-19 Varian Delta yang sangat menular, yang telah membuat negara tetangga India sangat kewalahan.

"Sudah ada kelangkaan tempat tidur, ICU, sementara penyedia layanan kesehatan kami kelelahan," kata Be-Nazir Ahmed, pakar kesehatan masyarakat dan mantan kepala Direktorat Kesehatan pemerintah. "Jadi jika situasinya memburuk dan lebih banyak pasien datang ke rumah sakit, hampir tidak mungkin untuk menangani krisis."

Pada 1 Juli, dengan penyebaran virus yang merajalela, hampir semua aktivitas di Bangladesh diperintahkan tutup, mulai dari pasar hingga transportasi umum. Tentara bahkan berpatroli di jalan-jalan dan ribuan orang ditangkap lalu dijebloskan ke penjara karena melanggar aturan lockdown COVID-19.

Bahkan dengan pembatasan baru, kematian akibat infeksi Virus Corona COVID-19 masih rata-rata sekitar 200 setiap hari dan infeksi harian masih sekitar 11.000 -- keduanya dianggap masih sedikit. Pada hari Minggu, 225 kematian dan 11.758 infeksi dilaporkan.

Dengan hanya empat juta lebih sedikit dari 160 juta orang di negara itu yang divaksinasi penuh, dan meskipun ada peringatan keras dari para ahli, pemerintah Bangladesh tetap mengumumkan penangguhan lockdown dari 15 hingga 23 Juli. Dalam rentang waktu tersebut semua pembatasan akan dicabut dan akan dibuka kembali sehingga orang dapat merayakan festival Idul Adha.

"Tetapi, dalam semua situasi orang harus tetap waspada, menggunakan masker dan mengikuti instruksi kesehatan dengan ketat," kata pernyataan kebijakan pemerintah seperti dikutip dari Malaysia Now, Selasa (20/7/2021).

Seorang menteri junior dari Kementerian Administrasi Publik Bangladesh mengatakan kepada media lokal pada hari Sabtu, lockdown harus dilonggarkan karena banyak bisnis berputar di sekitar festival Idul Adha.

Akibatnya, di ibu kota Dhaka, kerumunan orang memadati mal dan pasar untuk berbelanja pada masa liburan mereka. Sedangkan yang lainnya memenuhi stasiun bus untuk menuju kampung halaman mereka di pedesaan.

Selama festival Islam besar terakhir di bulan Mei, Idul Fitri, diperkirakan 10 juta dari 20 juta penduduk Dhaka pergi untuk merayakan bersama keluarga mereka. Jumlah yang sama diperkirakan melakukan perjalanan pekan ini, terutama karena banyak yang mungkin ingin menunggu lockdown berikutnya di desa.

Pakar: Orang dari Kota Berisiko Tularkan Virus ke Desa

Bangladesh mencabut pembatasan penguncian virus untuk Idul Adha
Orang-orang menaiki feri menuju kota asal mereka setelah pelonggaran lockdown nasional COVID-19 di Sreenagar, Selasa (13/7/2021). Pemerintah Bangladesh melonggarkan lockdown yang sedang berlangsung selama seminggu mulai 15 hingga 22 Juli untuk perayaan Idul Adha. (Munir Uz zaman/AFP)

Pakar kesehatan memperingatkan bahwa risiko utama penangguhan lockdown adalah orang-orang dari kota menyebarkan virus ke desa mereka. Selain itu orang-orang menyebarkan virus saat mereka berkemas ke pasar untuk berbelanja, terutama pasar ternak di mana jutaan orang akan membeli hewan untuk dikorbankan.

Menurut perkiraan para ahli, 30 juta hingga 40 juta orang akan berkumpul untuk salat di masjid dan lapangan terbuka di seluruh negeri Bangladesh untuk festival Idul Adha pada Rabu 21 Juli, menjadikan acara jamaah Idul Adha menjadi superspreader.

Mohammad Shahidullah, yang mengepalai komite kesehatan yang memberi saran kepada pemerintah tentang cara mengelola pandemi, mengatakan kelompok ahlinya menentang pelonggaran lockdown.

“Komite berpendapat bahwa lockdown ketat ini harus dilanjutkan sampai ada tren penurunan infeksi,” kata Shahidullah kepada wartawan.

“Ada tren peningkatan infeksi dan kematian. Tingkat infeksi masih terlalu tinggi.”

Sebulan setelah festival akan menjadi waktu yang kritis bagi negara yang telah menembus lebih dari satu juta infeksi dan hampir 18.000 kematian akibat pandemi COVID-19.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya