Canberra - Mantan Duta Besar Australia untuk Indonesia, Gary Quinlan, menyorot respons bantuan China yang lebih cepat ketimbang Australia selama pandemi COVID-19. Padahal, hubungan strategis Indonesia-Australia itu penting.
Dilaporkan ABC Australia, Kamis (2/9/2021), Gary Quinlan mengatakan Pemerintah China menuai pujian saat berlomba mendatangkan alat pelindung diri (APD) ke Indonesia pada tahap awal pandemi.
Advertisement
"Pada tahap awal, China memiliki keunggulan respon pertama untuk waktu yang lama dan kita semua sangat lamban bereaksi," katanya.
"China menjadi negara pertama yang datang, memberikan dukungan berupa masker, fasilitas oksigen dan lainnya pada tahap awal dan selanjutnya, tentu saja, memberikan vaksin," ucap Quinlan.
Indonesia memesan 125 juta dosis vaksin Sinovac buatan China dan sejauh ini sangat bergantung dengan vaksin ini untuk program vaksinasi nasionalnya.
Negara ini masih bergelut dengan wabah dari strain Delta, yang telah merenggut nyawa banyak tenaga medis bahkan setelah divaksin Sinovac.
Semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa perlindungan yang diberikan oleh vaksin Sinovac menurun lebih cepat dibandingkan dengan vaksin lain termasuk Pfizer.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bantuan Australia Kurang
Mantan Dubes Australia untuk Indonesia itu menyebut Australia dan negara maju lainnya "sangat lamban" untuk membantu menangani krisis COVID di Indonesia.
Australia meningkatkan keterlibatan diplomatiknya di Asia Tenggara selama pandemi COVID-19 dan menyatakan komitmen bantuannya termasuk paket pembangunan dan keamanan senilai A$550 juta, serta berjanji mengirimkan 5 juta vaksin.
Namun, bantuan luar negeri Australia di Asia Tenggara – di luar bantuan COVID-19 – telah dipotong sebesar 30 persen dalam beberapa tahun terakhir.
Jumlahnya terus menurun dari sekitar A$1,3 miliar pada tahun anggaran 2014/15 menjadi sekitar A$900 juta pada 2019/20.
Menurut Quinlan, saat hubungan strategis Australia dan Indonesia semakin kuat, pemerintah perlu bergerak cepat.
"Saya ingin melihat negara-negara Asia Tenggara dan Indonesia mendapatkan perhatian yang jauh lebih besar, terutama melalui program kerja sama pembangunan yang menjadi dasar kebijakan luar negeri kita," katanya dalam podcast Australia in the World."Pemotongan bantuan kita itu sangat serius selama beberapa tahun terakhir, pada saat kita justru perlu meningkatkan kehadiran di kawasan itu," ucapnya.
Advertisement
Komentari Sinovac
Quinlan mengatakan akan "sangat menarik" untuk melihat apakah ketidakpastian soal efektivitas Sinovac akan "berdampak pada keandalan merek China" di Indonesia.
"Vaksin ini jelas tidak membuktikan - bila melihat keadaan Indonesia sekarang sebagai pusat penyebaran COVID, dengan penularan komunitas yang tinggi. Vaksin itu tidak terbukti seefektif yang dibutuhkan," katanya.
"Dan vaksin lainnya kini masuk. Kita memiliki program bantuan vaksin yang besar, menurut saya kita perlu berbuat lebih banyak lagi," ujarnya.
"AS memberikan lebih banyak bantuan, dan negara lainnya, tentu saja Jepang. Jadi, ini akan menunjukkan siapa yang bisa diandalkan," tambah Quinlan.
Australia telah mengirimkan ventilator, konsentrator oksigen, dan peralatan medis lainnya ke Indonesia pada Juli lalu ketika kasus COVID-19 melonjak di seluruh nusantara.
Australia juga menjanjikan pengiriman 2,5 juta vaksin AstraZeneca ke Indonesia tahun ini, meski belum satu pun dosis yang diterbangkan.Quinlan juga mengatakan kerja sama pertahanan antara Australia dan Indonesia meningkat pesat, karena Jakarta ingin Australia membantu menjaga keseimbangan di kawasan.
Dia mengatakan tanggapan Indonesia yang relatif hangat terhadap Pembaruan Strategis Pertahanan 2020 Pemerintah Australia – yang memperkuat komitmen untuk meningkatkan pengeluaran militer – sangat bagus.
"Tanggapan hangat (Indonesia) itu sekarang merupakan suatu perubahan besar," katanya.
"Pintunya terbuka di sana," ucap Gary Quinlan.
Infografis COVID-19:
Advertisement