Taliban Terapkan Hukuman Gantung, Kontroversi Semakin Meluas

Hukuman gantung yang diterapkan oleh Taliban memicu kontroversi yang meluas.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Sep 2021, 07:02 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2021, 07:02 WIB
FOTO: Taliban Duduki Istana Kepresidenan Afghanistan
Pejuang Taliban menguasai Istana Kepresidenan Afghanistan di Kabul, Afghanistan, Minggu (15/8/2021). Taliban menduduki Istana Kepresidenan Afghanistan dengan puluhan anggota bersenjatanya. (AP Photo/Zabi Karimi)

Liputan6.com, Kabul - Pejabat-pejabat Taliban di bagian barat provinsi Herat hari Senin (27/9) mengatakan para penjahat akan dikenai hukuman sesuai hukum syariah jika mereka melakukan kejahatan apapun.

Mengutip VOA Indonesia, hal ini disampaikan setelah militan Taliban membunuh empat tersangka penculik dan kemudian menggantung mayat mereka di alun-alun kota Sabtu lalu (25/9).

Selama pemerintahan Taliban sebelumnya di Afghanistan, Taliban menganut interpretasi Islam yang keras. Sejak menguasai Kabul pada 15 Agustus dan mengambilalih negara itu, dunia telah mengamati dengan seksama untuk melihat apakah Taliban akan kembali memberlakukan hukum yang keras seperti pada akhir 1990an.

Wakil Gubernur Propinsi Herat, Mawlavi Shir Ahmad, mengatakan, “Langkah-langkah kami di masa depan adalah untuk melacak keberadaan setiap penjahat di pengadilan syariah dan hukum syariah akan diterapkan pada mereka, dan mereka akan menghadapi hukuman apapun yang ada dalam hukum syariah.”

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Korban Hukuman Taliban

FOTO: Taliban Kuasai Bandara Kabul Usai AS Tarik Pasukan dari Afghanistan
Pasukan Taliban berjaga di luar Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul, Afghanistan, 31 Agustus 2021. Taliban menguasai Bandara Kabul setelah Amerika Serikat menarik semua pasukannya dari Afghanistan. (WAKIL KOHSAR/AFP)

Associated Press melaporkan bagaimana Farhad Qalanawi masih berduka atas kematian saudaranya empat bulan lalu dalam upaya penculikan di kota Herat.

Qalanawi dan keluarganya memiliki banyak bisnis di kota Herat. Insiden yang menewaskan saudara Qalanawi itu terjadi hanya beberapa bulan sebelum Taliban kembali berkuasa. Dalam insiden itu, istri saudara laki-lakinya dan putri mereka juga luka-luka.

Mullah Nooruddin Turabi, salah seorang pendiri Taliban dan kepala penegak hukum Islam ketika terakhir kali memerintah di Afghanistan, mengatakan pada Associated Press bahwa gerakan garis keras akan sekali lagi memberlakukan eksekusi dan amputasi tangan, meskipun tidak di depan umum.

Meskipun banyak pihak mengecam keras Taliban atas aturan keras mereka, Qalanawi dan banyak lainnya yang telah kehilangan anggota keluarga mereka dalam perampokan dan penculikan, mengatakan mereka justru mendukung sikap keras Taliban terhadap kelompok-kelompok kriminal.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya